Narrative Report
PENYALURAN DANA UNTUK GEMPA YOGYAKARTA
PERMIAS Athens, Ohio, USA
Yogyakarta dan Jawa Tengah, Februari – Maret 2007
A. Pendahuluan: Gambaran Umum Gempa 27 Mei 2006
Kompas melaporkan bahwa “yang dapat dirasakan pada saat gempa bumi terjadi adalah getaran bumi tempat kita berada pada saat itu, bumi bergoyang kesamping dan keatas, itulah gelombang gempa yang sampai ketempat kita” (Kompas, 27 Mei 2006). Gempa 5.9 scala Richter yang terjadi selama 57 detik itu telah menyisakan duka dan trauma yang mendalam, khusunya bagi masyarakat di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Bagaimana tidak? Banyak diantara mereka yang melihat anggota keluarga, teman dan tetangga mereka meninggal, terenggut nyawanya oleh bencana gempa yang tiba tiba terjadi. Kehilangan tempat tinggal juga merupakan derita tersendiri. Banyak diantara mereka yang mengumpulkan ribuan demi ribuan dan hanya kurang dari 60 detik rumah mereka hancur beserta isinya.
Berita tersebut segera menyebar ke seluruh penjuru dunia dan mulailah berdatangan bantuan dari berbagai pihak, diantaranya NGOs seperti UNICEF, World Bank, European Community , World Food Program, Tifa Foundation, ACT, dll. Disamping itu beberapa negara yang telah banyak membantu korban gempa adalah: Cuba, Jerman, Iran, Jepang, Malaysia, Pakistan, Saudi Arabia, Thailand, Qatar, Arab Saudi (sumber: Insist).
Para Mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Ohio University juga turut merasakan duka yang mendalam atas musibah tersebut, apalagi beberapa mahasiswa berasal dari Yogya (Chozin dan Elis). Akhirnya dengan support dari teman teman mahasiswa OU, dosen dan masyarakat Athens, PERMIAS Athens menggalang dana untuk membantu meringankan beban para korban gempa. Bersama sama PERMIAS dan masyarakat Athens mengumpulkan dana melalui penjualan suvenir, makanan, dan minuman khas Indonesia. Banyak pihak yang mendonasikan barang barang untuk dijual dalam upaya penggalangan dana. Penggalangan dana juga dilakukan tengah malam sampai pagi dini hari untuk menambah jumlah dolar yang akan didonasikan kepada masyarakat yang terkena gempa. Akhirnya kami mendapatkan total donasi sejumlah $ 3400 atau Rp. 31.000.000. Kami sangat bersyukur atas semua bantuan dari teman teman dan masyarakat Permias yang sudah membantu baik moril maupun materiil.
Berdasarkan rapat pengurus PERMIAS Athens, Penyaluran dana untuk korban gempa Jateng dan DIY diserahkan pelaksanannya kepada alumni OU yang ada di Indonesia ( Elis & Eski ). Eski memiliki tanggung jawab sebagai bendahara dan Elis sebagai koordinator lapangan. Penyaluran dana lewat alumni OU ini diharapkan agar bantuan langsung sampai kepada korban gempa tanpa banyak potongan biaya, dan lebih bisa dipertanggung jawabkan keuangannya. Kemudian atas persetujuan pengurus PERMIAS Athens, koordinator lapangan ( Elis ) meminta bantuan 2 volunter ( Rusdi Santoso dan Azwar ) serta 1 driver ( Ramang Nurdiansyah ). Pada pelaksanaan penyaluran dana, kami juga dibantu oleh Andri Setyawan, Dwi Purmala Setyo dan Paryanto Rohma. Ketiganya hanya murni membantu, tanpa diberikan perdiem.
B. Prioritas Program
Pada awalnya kami ingin membantu membangunkan sekolah sementara yang terbuat dari bambu, tapi seiring dengan berjalannya waktu, didaerah Bantul Yogyakarta, sudah ada bantuan dari World Bank melalui PPK ( Program Pengembangan Kecamatan ) untuk membuat bangunan baru (gedung baru ) karena TK lama mereka hancur ( rata dengan tanah ). Tapi meskipun punya gedung baru, mainan mereka hancur lebur, hanya sedikit yang tersisa. Padahal dunia TK identik dengan dunia bermain, sehingga kami memutuskan untuk memberikan bantuan berupa alat-alat permainan TK dengan harapan mereka bisa bermain lagi bersama teman-teman mereka dan mengembalikan keceriaan mereka. Sehingga perlu kami garis bawahi bahwa focus kita memang anak anak, karena memang menurut pengamatan kami, sangat sedikit yang memberikan perhatian pada anak anak korban gempa.
Mainan luar biasanya lebih mahal, tapi kuat dan tahan lama. Mainan luar yang kami berikan diantaranya ayunan, tangga pelangi, titian, dan papan peluncur.
Sedangkan mainan dalam separti kuda goyang, kapal goyang, angsa goyang, aneka puzzle, aneka mainan berdiri, aneka balok, alat musik, dan lain-lain.
Kami juga membantu 16 set ( 16 meja, 32 kursi ) dan di salah satu TK yang hanya memiliki 8 meja usang tak layak pakai dan tak punya kursi. Kami juga memberikan kasur untuk UKS TK di TK Gantiwarno Klaten.
D. Aktivitas Pra-pelaksanaan
agar kami bisa memberikan bantuan yang tepat sasaran, maka kami membuat beberapa kriteria TK mana saja yang akan memperoleh bantuan.
Beberapa criteria tersebut adalah :
· TK berada dilokasi gempa yang parah yang berlokasi di Bantul ( DIY ) dan Klaten ( Jawa Tengah ).
· TK belum mendapatkan bantuan alat-alat mainan.
· Mainan- mainan pada waktu gempa sebagian besar hancur.
· Diutamakan TK yang berada di pelosok (jauh dari pusat kota) dan terabaikan dari bantuan
2. Pendataan dan survey lapangan
Setelah menentukan kriteria-kriteria tersebut, kooriantor lapangan (
Disamping survey lokasi, kami juga survey harga mainan TK di beberapa toko baik di Jateng dan DIY dan kami menemukan toko mainan “ Az-zahra “ yang berlokasi di Cawas, Klaten sebagai toko yang paling murah. Untuk satu mainan luar, selisih antara toko Az Zahra di banding toko lainnya sekitar Rp. 300.000 – Rp. 400. 000. Tidak hanya lebih murah, kami juga mendapat potongan harga (discount) untuk beberapa mainan luar seperti ayunan, titian, dan tangga pelangi. Ketika pemilik toko mengetahui barang barang yang kami pesan untuk korban gempa, mereka tidak memungut biaya pengiriman barang dari Klaten ke Yogya, maupun dari toko Az Zahra ke Rumah Rusdi (base camp di Klaten), padahal jarak Kecamatan Cawas dengan Gantiwarno maupun jarak ke Yogyakarta cukup jauh. Kami akhirnya mantap memutuskan untuk pesan di Az Zahra, tapi kami juga pesan beberapa paket puzzle di Yogya karena saat itu kami sedang dikejar waktu.
4. Rapat koordinasi
Selama masa pra-pelaksanaan, setidaknya koordinator lapangan bersama 2 volunter mengadakan 4 kali rapat koordinasi dan puluhan kali koordinasi lewat telephon maupun sms. Semua ini dimaksudkan untuk menyatukan langkah dan merencanakan program dengan sebaik mungkin. Sebagai koordinator lapangan saya cukup salut terhadap loyalitas 2 volunter yang selalu datang dalam rapat koordinasi, meskipun hujan dan jaraknya agak jauh (Rapat sering diadakan di Yogya, sementara Rusdi rumahnya di Klaten). Rapat koordinasi biasanya berlangsung 1 – 2 jam dan menghasilkan kesepakatan kesepakatan dan perencanaan yang lebih matang.
E. Pelaksanaan Penyaluran Dana dan Respon Penerima
Untuk tahap I ini kami menyalurkan bantuan di daerah Klaten, khusunya beberapa kecamatan yang terkena dampak gempa dengan katagori berat, yakni kecamatan Gantiwarno dan Wedi. Kami membaginya dalam 3 hari: 27 Feb, 28 Feb dan 1 Maret. Total TK yang berikan bantuan ada 11, yang terdiri dari TK 5 Pertiwi (TK Umum), 5 TK ABA (Islam) dan 1 TK Fransiskus (Kristen). Dalam pendataan kami, sulit menemukan TK Kristen, sehingga hanya ada 1 TK Kristen yang diberikan bantuan. Kebanyakan TK adalah TK Pertiwi dan TK ABA.
Berikut ini ilustrasi penyaluran dana gempa tahap I:
Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke TK ABA Jabung. Seperti halnya TK Pertiwi Jabung, TK ABA ini juga roboh total, meja kursi serta mainan hancur. Kami memberikan bantuan berupa titian, paket puzzle, angsa goyang, kuda goyang, kapal goyang dan mobil goyang. Ada 30 anak TK disitu dengan 2 orang guru. Anak anak juga sangat senang dengan kehadiran rombongan Penyaluran Dana Permias. Mereka berebutan mencium tangan kami sambil mengucapkan terimakasih.
TK yang ketiga (TK Gesikan) berada agak jauh dan melewati medan yang agak berat. Daerah gantiwarno dikelilingi oleh pegunungan. TK ini juga terkena dampak yang berat dari gempa. Gedungnya roboh total, mainan hancur. Waktu kami survey ke TK Gesikan, mereka masih sekolah di tenda, sekarang gedungnya baru saja didirikan lagi dengan bantuan dari beberapa NGOs. Atap atap nya masih belum sempurna. Meja kursinya juga masih seadanya. Tetapi itu semua tidak mengurangi keceriaan anak anak yang berjumlah 30 itu. Mereka menyalami team Permias dan setelah kami menyerahkan bantuan secara resmi, anak anak itu pun langsung menaiki ayunan yang kami berikan. Beberapa diantaranya berteriak teriak dan saling bertepuk tangan.
Kami melanjutkan perjalanan ke daerah Pesu, Kec. Wedi, kabupaten Klaten. Memasuki TK Pesu, kami sangat prihatin. Mereka belajar diatas panggung sementara karena gedungnya roboh, tidak ada kursi di panggung itu, hanya 8 meja usang yang sebenarnya sudah tidak layak lagi. Di pojok ruangan ada almari usang yang menampung beberapa berkas TK yang masih tersisa setelah gempa. Kami menurunkan 32 kursi dan 16 meja dan langsung menatanya di panggung tersebut. Ibu Suhartini, Kepala TK Pesu dalam sambutannya menyatakan bahwa dia sangat terharu bahwa ada yang memberikan bantuan meja kursi. Bu Tini juga bilang alangkah bahagianya anak anak esok hari ketika melihat di sekolah panggung mereka sudah ada kursi dan meja yang baru (waktu itu anak anak sudah pulang sekolah). Bu Tini hampir menitikkan air matanya ketika mengulurkan tangan sambil berucap beribu terimakasih kepada wakil dari Permias. Bu Tini juga bercerita karena memakai panggung untuk TK dan tidak tertutup sepenuhnya, kalau hujan, anak anak akan kehujanan dan mereka akan berkumpul berdesak desakan ke tengah agar mereka sedikit terlindung dari angin dan hujan. Sampai sekarang mereka belum menerima bantuan dari manapun.
TK berikutnya adalah TK Canan dengan 30 murid dan 3 guru. Sesuai dengan hasil survey kami, kami memberikan bantuan yang mereka perlukan, yaitu titian, puzzle, berbagai mainan berdiri, dan kasur kecil untuk PPPK. Anak anak menyambut kami dengan agak malu malu, tapi akhirnya akrab setelah kami menyapa dan memberikan mainan mainan itu.
Lalu sampailah kami di TK ABA Kalitengah, Wedi, Kab. Klaten. Daerah wedi juga termasuk daerah yang parah terkena gempa. Gedung TK ABA Kalitengah rusak berat, padahal mereka mempunyai murid 117. Mereka membaginya dalam 3 kelas dengan 3 guru. Saat kami sampai sana, sebagian murid sudah pulang, tinggal satu kelas yang belum pulang, dimana mereka sedang belajar sempoa dengan salah satu guru mereka. Lalu mereka menyammbut kami dengan berebut menyalami tangan kami. Lalu bersama sama mereka menyanyi disini senang disana senang. Kemudian kami pamit setelah menyerahkan bantuan tersebut. Mereka berterimakasih atas bantuan Permias dan bilang mainan mainan itu akan sangat berguna bagi mereka karena mereka punya murid yang sangat banyak.
Hari ini Troy tidak bisa ikut ke Lapangan karena ada tugas yang harus diselesaikan. Kami pun pagi pagi sudah bersiap karena waktunya sangat singkat sekali. TK TK di Yogya dan Jateng rata rata masuk jam 7 pagi dan pulang jam 10 pagi. Padahal jarak antara TK satu dan lainnya cukup jauh. Hal ini mengharuskan kami untuk bisa mengatur waktu sebaik mungkin.
TK pertama yang kami kunjungi hari itu adalah TK ABA Sengon I yang mempunyai murid 28 orang dengan 3 guru. TK itu roboh waktu gempa, dan sekarang mereka baru saja pindah dari tenda ke Gedung yang sudah permanen. Tidak hanya anak anak yang terlihat senang menyambut kedatangan kami. Masyarakat sekitar juga sangat senang. Mereka sempat bertanya kami dari mana dan kami jawab kalau kami wakil dari Permias. Masyarakat ikut senang dan mengucapkan terimakasih atas bantuannya. Kami sangat senang melihat anak anak itu mencoba menaikin mainan mainan baru mereka. Setelah kami serahkan secara resmi, kami pamit untuk melanjutkan perjalanan.
Lalu kami sampai di TK Pertiwi Cucukan dan disambut dengan sangat baik oleh 2 Guru disana. Anak anak sudah tidak sabar lagi segera menaiki kuda goyang dan mobil goyang yang kami bawa. Lalu kami berfoto bersama dan beberapa anak berani menyatakan perasaan gembira mereka dengan bantuan yang kami berikan. Ibu Sumini, guru TK Cucukan sempat bertanya apakah kami bisa membantu membuatkan MCK buat mereka, tapi saya jawab bahwa dengan sangat menyesal kita tidak bisa membantu sarana fisik. Bu Suminipun berkata oh tidak apa apa kalau begitu. Kami sudah merasa sangat berterimakasih atas bantuan mbak mbak dan mas mas.
Yang unik di TK Pertiwi cucukan ini, bukan hanya anak anak TK dan guru guru TK yang menyambut kami, tapi juga ada seorang wanita tua yang kelihatannya agak stress ikut menyambut kami. Dia memperkenalkan diri sebagai Mbah Kondang Sak Ndonya (Nenek yang terkenal sedunia). Dia membuat kami tertawa terpingkal pingkal. Dia bertanya mana diantara kalian yang menjadi ponakan nya Pak Presiden? Saya Mbah Kondang, SE. Tapi kami tidak punya cukup banyak waktu, jadi kami pamit dan melambaikan tangan kepada anak anak TK yang sebagian besar masih asyik dengan mainan barunya.
Memasuki TK Fransiskus, tampak satu tenda yang digunakan sebagai ruang belajar anak anak TK. Ada 35 murid, 2 guru dan 1 suster. Sayangnya murid muridnya sudah pulang sehingga kami tidak bisa bertemu mereka. Tapi masih ada satu suster dan satu guru yang menyambut kami. Waktu memang sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Suster itu bercerita apa yang terjadi dengan TK saat gempa terjadi. Tapi mereka bersyukur bahwa TK mereka hanya retak retak dan sudah diperbaiki sekarang. Suster sama sekali tidak menyangka bahwa TK mereka akan diperhatikan dan menerima bantuan berbagai alat mainan. Kamipun menjawab bahwa kami memang sudah seharusnya membantu TK TK di daerah gempa, tidak hanya TK Islam, tapi juga TK Kristen dan TK Pertiwi. Lalu kami pamit karena masih ada satu TK lagi yang harus kami kunjungi.
Perjalanan dari TK Fransiskus ke TK berikutnya (TK Ngandong) sangat jauh, jalanan masih banyak yang bebatuan (belum aspal) dan jalanan naik turun. Akhirnya kami sampai di TK Ngandong dan bertemu dengan Kepala Sekolah (Ibu Surayem). TK ini menempati gedung sementara (gedhek) yang terbuat dari bambu. Berdekatan dengan bangunan sementara SD yang juga berasal dari Bambu. Rusdi (volunteer) menyerahkan secara resmi bantuan alat alat mainan ke Ibu Surayem dan Bu Surayem sangat berterimakasih atas bantuan Permias yang pasti sangat berguna bagi anak anak.
TK Ngandong adalah TK terakhir yang kami berikan bantuan untuk tahap I (wilayah Klaten, Jawa Tengah). Dengan demikian, berakhirlah penyaluran dana tahap I ini dan kamipun beristirahat, makan siang, lalu mengevaluasi kegiatan penyaluran dana ini.
Hari ketiga, 1 Maret 2007. Pada hari ini hanya Rusdi yang ke lapangan. Rusdi memberikan beberapa mainan tambahan karena setelah hari kedua, ternyata masih banyak mainan mainan kecil yang tersisa.
Penyaluran Dana Tahap II (Wilayah Bantul, Yogyakarta).
Untuk Tahap 2 dilaksanakan 3 hari: 6 Maret, 7 Maret, dan 14 Maret 2007. Ketika pendataan, ada 11 TK yang benar benar membutuhkan bantuan, akan tetapi karena lamanya waktu pelaksanaan penyaluran dana gempa PERMIAS, beberapa TK sudah mendapatkan bantuan, sehingga hanya 7 yang kami berikan bantuan, kemudian kami mencari data lagi dan ada 2 TK tambahan yang diberikan bantuan. Jadi total bantuan untuk TK di Yogya ada 9.
TK pertama yang kami berikan bantuan adalah TK PKK 91 Sompok. Kami masih ingat pada wakttu kami survey dua bulan yang lalu, TK PKK 91 Sompok belum memiliki gedung. Mereka membuat tempat darurat, bekas bekas pintu rumah disatukan membentuk persegi empat dan kemudian diberi atap. Tapi kami bersyukur, pada saat kami datang mereka sudah mendapatkan bantuan dari World Bank berupa uang 50 juta untuk membangun TK. Tapi mereka memang hanya punya mainan yang sangat terbatas, itupun sudah usang. Tak heran ketika kami datang dan para volunteer cowok menurunkan papan luncur, mereka tampak bersorak dengan muka yang ceria. Salah satu anak TK yang sangat gendut, Arifin, berkali kali mencium tangan kami, sambil mengucapkan terimakasih sebagai tanda kegembiraan nya. Begitu Papan Luncur diletakkan di depan sekolah, Arifin dan teman teman langsung menaikinya, terus dan terus. Lalu kami juga menurunkan kuda goyang dan 2 ngsa goyang yang langsung di naiki teman teman Arifin. Anak anak lain yang pemalu hanya melihat dari dekat atau menggoyang goyangkan mainan baru tersebut. Kami juga memberiman bantuan alat musik seperti gendang, kulintang, dan Gambang. Tak lupa kami memberikan paket puzzle dan mainan berdiri. Setelah penyerahan bantuan, kami bermaksud untuk pamit, ketika Ibu Guru TK PKK Sompok meminta kami untuk minum air putih yang sudah disediakan. Kamipun minum, ternyata ada snack nya juga dan Ibu Guru itu bilang kalau snak dan minuman itu dari masyarakat yang ikut senang karena TK PKK 91 Sompok mendapatkan bantuan mainan.
Lalu sampailah kami ke TK ABA 4 Ngrancah. Bantuan yang kami berikan adalah papan luncur, perahu goyang, kertas lipat, plastisin, krayon, paket mainan berdiri dan titian. Kami diterima oleh 3 guru yang kelihatan masih muda. Dalam sambutannya, Ibu Erna, kepala sekolah TK ABA 4 Ngrancah menceritakan bahwa dulu mereka meliburkan sekolah sampai 2 minggu setelah gempa, kemudian karena TK mereka roboh total, mereka dibuatkan tenda, dan mulailah anak anak itu belajar di tenda. Baru satu minggu mereka pindah ke gedung baru. Mereka bersyukur mereka mendapatkan bantuan lewat Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang didanai oleh World Bank dan Bu Erna juga mengungkapan rasa terimakasihnya karena anak anak sangat senang mendapatkan maian baru yang diberikan oleh PERMIAS.
TK ketiga yang kami kunjungi adalah TK ABA 6 Mojohuro. Kami disambut sangat antusias oleh anak anak dan guru guru di sana. Ada 66 Anak dan 4 guru. Sama dengan TK TK di Bantul, mereka juga baru 1 minggu menempati gedung baru dengan bantuan PPK. Kami sempat masuk ke kantor mereka dan melihat piala piala yang berderet deret. Mereka bersyukur bahwa piala piala banyak yang terselatakan dan tidak ikut hancur. Mereka sangat senang dan berterimakasih atas bantuan dari Permias. Adapun bantuan yang kami berikan adalah: Ayunan, Perahu goyang, kuda goyang, angsa goyang, paket puzzle, paket balok, dan paket mainan berdiri. Lucu sekali melihat anak anak berebut menaiki ayunan. Kami tentu sangat senang dan berharap mereka akan semakin rajin dan senang belajar di TK tersebut.
Lalu kami melanjutkan perjalanan ke TK Masyito Gondosuli. TK ini memiliki 46 murid dan 3 guru. Mereka punya 2 kelas dan dengan gedung yang masih baru, bahkan aroma cat nya pu masih terasa, Kami berkumpul di depan gedung, lalu saya (Elis) dan Bu Marni, guru TK Masyito Gondosuli duduk paling depan dengan murid murid perempuan, lalu murid murid laki laki berbaris di belakang. Kami pun berbincang bincang dengan murid murid yang imut imut itu. Kebanyakan mereka masih malu malu untuk bicara, tapi meski pelan, kami masih bisa mendengar bahwa mereka waktu terjadi gempa takut, menangis, dan harus tidur di tenda. Kini mereka sudah tidak tidur di tenda lagi karena orang tua mereka sudah mendapatkan bantuan untuk membangun rumah mereka. Para wali murid juga ikut duduk dan melihat acara penyerahan bantuan Permias. Hari ini 4 TK sudah kami kunjungi dan kami beri bantuan, kamipun pulang dengan menempuh sekitar 1 jam perjalanan dari lokasi ke rumah kami di pusat kota Yogya.
Hari kedua ini kami bermaksud mengunjungi 5 TK, tapi ternyata informasi dari Azwar, 2 TK sudah mendapatkan bantuan mainan, akhirnya kami hanya memberikan pada 3 TK dan melalui seorang teman yang rumahnya di Bantul, kami mendapatkan 2 TK lagi yang masih membutuhkan bantuan. TK Pertama hari ini yang kami kunjungi adalah TK ABA Sulung Kidul yang memiliki 35 murid dan 3 guru. Kami diterima sangat baik oleh Ibu Yamini, Kepala Sekolah TK ABA Sulung Kidul. Waktu kami datang, anak anak masih di kelas. Kami sangat prihatin melihat mainan mainan yang usang dan hanya terbatas jumlah dan jenisnya. Lalu kami menurunkan ayunan, paket puzzle, paket balok dan paket mainan berdiri. Tidak lama kemudian anak anak berhamburan keluar, mereka kelihatannya masih malu malu, tapi segera berebutan menaiki ayunan setelah Bu Yamini, guru mereka bilang bahwa mereka boleh mencoba ayunan baru mereka. Lalu bersama sama, Ibu Yamini dan anak anak bilang terimakasih kakak atas bantuannya. Kami pun membalasnya dengan senyum sambil memberikan nasehat kepada anak anak agar mereka semakin rajin masuk sekolah dan belajar bersama Ibu Guru.
TK berikutnya adalah TK PKK 63 di Tanjung Karang, Jetis, Bantul. Mereka memiliki 40 murid dan 4 guru. Pada saat gempa ada 4 murid yang meninggal, bangunan TK rata dengan tanah. Kami diterima oleh Ibu Daswati, kepala sekolah TK PKK 63 Tanjung dan kami memberikan bantuan berupa: titian, perahu goyang, angsa goyang, plastisin, paket puzzle dan paket maiann berdiri. Mereka merasa mainan tersebut sangat berharga dan akan sangat membantu proses belajar di TK PKK tersebut. Kami senang mendengarnya dan setelah berbincang bincang cukup, kami segera pamit untuk melanjutkan ke TK berikutnya.
TK terakhir yang kami kunjungi hari itu adalah TK masyito Mojosari di Wonolelo Pleret, Bantul. Jarak antara TK kedua dengan TK masyito Mojosari lumayan jauh, medannya juga seperti pegunungan. TK tersebut memiliki 35 murid dan 3 guru. Masih ada tenda bekas tempat anak anak belajar dulu. Lalu juga ada bangunan yang sedang di rehab di lokasi TK tersebut. Mereka mendapatkan bantuan dari PPK (Program pengembangan kecamatan) untuk membangun gedung TK. Mereka sangat gembira karena ada yang membantu gedung dan Permias datang membantu dengan alat alat mainan. Anak anak terlihat masih agak malu malu, lalu kami berkumpul dan kami bertanya rumah siapa yang terkena gempa? Hampir semua angkat tangan. Beberapa diantara mereka berani bercerita tentang rumah mereka yang roboh, tentang ketakutan mereka, tapi juga tentang perasaan gembira mereka berkumpul kembali di gedung baru dengan teman teman. Kami membayangkan kebahagiaan mereka akan bertambah saat menaiki Tangga pelangi yang baru saja kami turunkan dari mobil pick up. Lalu kami dijamu oleh Ibu Guru TK tersebut dengan bermacam snak yang sangat enak. Kamipun makan jamuan tersebut karena waktu sudah hampir jam 12 dan tentu saja kami sudah lapar. Setelah selesei, kami perpamitan, Guru guru TK Masyito mengantarkan kami sampai jalan dan kamipun melambaikan tangan. Dengan demikian berakirlah aktivitas hari itu.
Penyaluran Dana Tahap III (akan segera dilaksanakan)
EVALUASI
Dari pelaksanaan penyaluran dana Permias, kami ingin sharing ke teman teman berbagai kendala dan sekaligus evaluasi program penyaluran dana ini.
· Kendala pertama adalah lamban nya proses pengiriman uang. Kami menunggu lama datangnya uang yang dikirim oleh Karla karena waktu itu Karla sedang ke Malaysia, sementara waktu itu (Junly 2006) adalah waktu yang tepat karena koordinator lapangan belum masuk kerja, dan 2 volunter juga masih banyak waktu longgar.
· Kendala Waktu Pemesanan Barang. Setelah uang samapi di Indonesia, kami segera berkoordinasi untuk melaksanakan penyaluran dana Permias. Lalu setelah survey kami memesan mainan-mainan yang mau diberikan untuk TK. Ternyata prosesnya sampai 6 minggu.
· Kendala Transfer Uang Aceh – Yogya. Kegiatan penyaluran dana sempat tertunda dua kali karena uang dari Bendahara belum cair, padahal proposal sudah di approve oleh Permias. Hal itu disebabkan keluarga bendahara ( suami Mbak SQ) sedang di rawat di Rumah Sakit, dan juga setelah itu Mbak SQ mendapat musibah, keluarganya ada yang meninggal dunia.
Karena lambannya proses penyaluran dana tersebut, beberapa TK yang akan kita beri bantuan sudah mendapatkan bantuan dari organisasi lain. AZwar membahasakan bahwa kami kehilangan momen. Kemudian kami survey lagi untuk mencari TK mana yang memerlukan bantuan. Kami tidak mau memberikan bantuan kepada TK yang hanya kami temui di jalan, tapi kami benar benar memastikan bahwa TK tersebut belum mendapatkan bantuan mainan.
· Kendala lain yang kami temui adalah pendeknya jam sekolah TK. Kami harus terburu buru dari satu TK ke TK lainnya karena TK TK tersebut selesei jam 09.30. Belum lagi ban mobil pick up yang kami gunakan bocor, 5 menit sebelum kami berangkat ke Bantul, sehingga memakan waktu 1 jam untuk menambal ban nya.
· Dalam prakteknya, pada waktu pelaksanaan, 2 volunter tidak cukup, dan kami bersyukur bahwa kami dibantu oleh Andri, Dwi, dan Paryanto yang tidak minta perdiem, semata mata mereka hanya ingin membantu kegiatan ini.
Satu yang terlupa dari aktivitas penyaluran dana ini adalah media coverage. Karena sibuknya persiapan penyaluran, kami lupa memberitahu kepada wartawan , padahal dulu banyak teman teman wartawan yang bersedia untuk meliput. Tapi mungkin hal ini juga bukan hal yang essential karena yang utama bantuan telah sampai kepada yang berhak menerimanya.
PENUTUP
Sebagai penutup, Saya sebagai koordinator lapangan, juga Azwar, Rusdi dan Ramang, ingin memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan atas terselesaikannya program penyaluran dana Permias ini. Rasa haru masih terngiang di kepala ketika mengingat keceriaan anak anak TK yang mendapatkan banyak mainan baru dari Permias. Juga masih kami ingat respon guru guru TK yang rasanya kebahagiaan mereka mewakili perasaan kami.
Berbagai kendala telah kami lalui: cuaca yang panas, jarak lokasi yang jauh, ban bocor, dll. Meski banyak kendala, tapi kami merasa senang karena bantuan tersebut sangat bermanfaat bagi anak anak TK korban gempa. Meski sudah tidak trauma lagi, tapi sebagian teman teman mereka ada yang meninggal. Mainan mainan yang diberikan oleh Permias setidaknya sudah membantu mengembalikan keceriaan mereka.
Ungkapan syukur, terimakasih, dan doa dari para penerima bantuan juga harus kami sampaikan kepada teman teman Permias dan Masyarakat Athens. Mereka menyampaikan salam kepada teman teman semua dengan diiringi doa teman teman Permias di Athens akan menuai kesuksasan dalam belajarnya. Juga doa agar Tuhan membalas kebaikan teman teman dan Masyarakat Athens pada umumnya.
Kepada Mbak SQ, saya ingin berterimakasih atas koordinasi dan juga nasehat nasehatnya. Kepada kedua volunteer, Azwar dan Rusdi, secara pribadi saya ingin menyampaikan terimakasih atas bantuan dan kerja keras serta kesabarannya dalam membantu Permias. Juga kepada driver, Ramang dan 3 volunter lain Andri, Dwi dan Paryanto, saya juga ingin mengucapkan terimakasih. Juga kepada teman teman Permias, terimakasih atas kepercayaan yang telah diberikan, semoga laporan ini bisa dijadikan bahan pertanggungjawaban kepada masyarakat Athens dan teman teman Ohio University. Bravo Permias. Bantuanmu buat anak anak korban gempa memiliki arti tersendiri bagi mereka.
No comments:
Post a Comment