Friday, December 05, 2008

Another Great Performance from Permias Angklungers

Photo by: Eko Junor

on Thursday Dec 4, from 4:45-5:15PM in Baker Center Ballroom 4th Fl Team of Angklung PERMIAS performed in front of a group of 350 gifted 12-14 year olds from Southeast Ohio. They played two songs; Edelweiss and Do-re-mi (OST of Sound of Music).

As you know, Angklung is the traditional instrument from West Java. Before starting the 1st song, Mia, the Indonesian elementary student presented about the Indonesian Cultures. Afterward, between the two songs, Arin (president of Permias) was hosting the Quiz and gave away some souvenirs. The audience were very excited to answer the questions, because of their curiosity or because of the souvenirs?? :D. The last song was followed by the audiences claps. If you were there you can feel the atmosphere of the Ballroom in Baker were warm and fun because they get to sing together.

Last but not least, we would like to thank to everyone who has made the performance happened. Thanks to all of the angklung's players, the guitarist, and the leader
(from left) Pak Yojo, Pu, Faishol, Anton, Eny, Efka, Mia, Riri, Tolhas, iTa, Asih, Tsuy, Popo, arin, and for all of the never stop support from Mas Eko (for your time in helping us taking pictures and taping our performance n during rehearsal/practice which resulting professional videos to consume), Bu Yojo, Mb mila, mb aishah, gugun, and other Permias members.

see the video here: Permias Ohio University videos

Monday, December 01, 2008

The Debut Performance of PERMIAS Angklung in Diwali 2008

Photo by: Riri K.

On Fall, November 2008, Permias was performing the Indonesian traditional music instrument, Angklung. In Diwali 2008, Permias played two songs, Yesterday by the Beatles and Kuch-Kuch Hota Hai from India. (see video on video bar)

The performers are:
from left: Riri, Renzi, Tsuroyya, Citra, Pak Yojo, Nowo, Bu Yojo, Asih, Mia, and Anton from Indonesia. Cesar from East Timor, Kristin from US, and Vanessa from Brazil.
Introducing our new guitarist and music arranger Tolhas from Indonesia and Arin as the conductor.

The Indian Student Association, sponsored by the International Student Union and Student Senate, presented the Diwali Celebration, a major Hindu festival in India, in 2nd Fl Movie Theatre at Baker Center. Diwali is a festival of lights for all people in India. (source: http://www.thepost.ohiou.edu/Articles/Culture/2006/10/20/15653/)

Permias will perform again for one of the South East Asian Studies Department events.

In front of a group of 350 gifted 12-14 year olds from Southeast Ohio on Dec. 4 from 4:45-5:15PM in Baker Center, Permias will perform more fresh and new songs and of course with more surprises!

See you all there!

-iTa-

Wednesday, November 05, 2008

PERMIAS in SEA Ghost Tales 2008 - The Scariest Performance

Photo By: PERMIAS

Wed, October 29th, South East of Asian Studies Association (SEASA) held the SEA Ghost Tales at Galbraeth Chapel. A night of ghost stories, legends, and tales from Southeast Asia.

PERMIAS was presenting the Indonesian Ghost Story, a little bit similar like last year's theme, Indonesia Ghost Parade, this year we had all the ghosts that performed were packaged in a story.

This year we had the E-12 Indonesian students from the IELSP Cultural Exhange program as the performers. The story is about a couple that had an accident and they end up being in an old and haunted hospital in a small village where no one can reach it. PERMIAS brought up the three famous ghosts, in this story:

  1. The Ghost of Empty Chair (Hantu Bangku Kosong ); it's about a chair that being haunted by a possessed girl's spirit who performed by Muti
  2. Pocong who performed by Steven
  3. Suster Ngesot (A dying nurse crawling or sliding on the floor) who performed by Citra, Iwan, and Ardi

Other performers, such as Fatimah(wife), Ildi(husband), Arin(narrator), Tommy, Putra, Ryza(sound effect arranger), and all people behind the scenes, Arin, Ita, Mila, Dila, Renzi, Mondi were also helping to make the events suceed.

PERMIAS did a great job as usual -Bekah said (president of SEASA) especially for the third ghosts because the last three ghosts were coming from all the way inside the chapel and met at one point on the stage.

The other performances come from the Indonesian classes' students from Nelly's and Widya's class. They were performing the Leak and Kuntilanak Ghost Story. The students who learned Indonesian language (Bahasa) read the dialog and performed all the characteristics that are in the story.

Wednesday, September 24, 2008

Indonesian Art 2008: Movie and Craft Sukses!

INDONESIAN ART 2008 : MOVIE AND CRAFT

Host : Permias
Time and PlaceDate: Saturday, October 4, 2008
Time : 10:00AM - 5:00PM
Location : Scripps Hall, Ohio University
City/Town : Athens, OH
Contact InfoPhone : 7402741818 (Tsuroyya)
Email : adesteviano@yahoo.com (Irfana Steviano)

The event is FREE :)
10AM-12PM: Craft - Tie Dye (Batik) workshop ( registration needed)
Only 60 available spots for workshop. Get a free t-shirt!
12-1 PM: Lunch (registration needed)
1-3.30 PM: Movie "Get Married" (no registration needed)
It's a story about four kids who were born at the same time in a small village in central Jakarta. They were born good with the proper education untill high school. There are three guys and one girl. They are: Mae (Nirina Zubir), Guntoro (Desta Club Eighties), Eman (Aming), dan Beni (Ringgo Agus Rahman). Mae is the only one that gets through to the university and graduated. But all four of them ended up as unemployed and spend their daily lives hanging around in their village. They all grown up together, but due to the poor family and lack of opportunities, they do not get any job. Each of them have their own dream, but what they are pursuing is different from their dream. Yet, the dream never gets fulfilled. Each of them wants to be sailor, boxer, policewoman, and politician.
3.30-4.30 PM: Closing


Click here to register :
http://permiasathens.eventbrite.com/


This event sponsored by ISU (International Student Union)
and SAC (Student Activities Comission)

Wednesday, September 17, 2008

Buka Bersama OU Mafia di Jakarta

Oleh M Chozin

Bertempat di rumah Mbak Eski, di bilangan Kayumanis-Matraman, Alumni OU yang di Jakarta yang tergabung dalam OU Mafia mengadakan acara buka bersama. Meski tidak bisa menghadirkan semua bala mafia OU, acara buka bersamanya berlangsung seru. Nampak hadir dalam acara tersebut: Ihsan Ali Fauzi, Farid, Sandra, Mas Rudi, Mbak Mila Nuh, Chozin dan tentunya keluarga Mbak Eski. Berbagai hidangan pembuka buka puasa seperti bubur kacang ijo, ketan manis bertaburkan serutan kelapa, berbagai macam gorengan, dan petis tempe secara khusus disediakan oleh tuan rumah. Sementara menu utama buka adalah AYAM BAKAR. Uh,….lezatnya…!

Foto: Rudi, Eski, dan Mila sedang diskusi pasca buka puasa


Selesai berbuka, dengan naik bajaj kita meluncur ke Teater Utan Kayu (TUK) untuk menjadi supporter Mas Ihsan yang menjadi pembicara dalam acara diskusi yang diselenggarakan oleh JIL (Jamah Islam Liberal). Bayangpun…, satu bajaj kita isi bertiga: Chozin, Mbak Mila, dan Mas Rudi mpet-mpetan dalam satu bajaj. Seru bo’…!

Abis dari acara diskusi, kita balik lagi ke rumah Mbak Eski untuk melanjutkan buka ronde kedua. Seperti waktu di Athens, sambil makan, kita ngobrol lama sampe lupa kalau malam sudah larut.

Acara buka bersama ini menjadi titik awal bagi semakin solid-nya OU Mafia di Jakarta. Ke depan ada agenda buka bersama lagi di Salatiga, dan pada bulan Desember nanti OU mafia akan menyambut kedatangan Bu Colins dengan menyelenggarakan seminar di berbagai kota.


Wednesday, August 27, 2008

Saman Dance Performance Rock the Stage again in Summer 2008!

Photo by: Laura Schaeffer

Kamis sore, 14 Agustus 2008, bertempat di belakang Yamada House, OU, Indonesian Saman Dance Performers kembali unjuk gigi di acara Welcoming Reception for the "Integrating Islam into the Social Studies Curriculum" yang dihadiri oleh 20 teachers dan beberapa masyarakat muslim Athens. Nggak ketinggalan acara tersebut juga dihadiri oleh segenap teman2 PERMIAS yang dengan setia membantu persiapan tim saman mulai dari awal sampai akhir acara dan sekaligus memberikan supportnya for the “Fresh New Look of the Indonesian Saman Dance Performers.”

Sebelumnya, bekerja sama dengan Laura Schaffer, coordinator acara malam itu, kita juga membagikan flyer “Introduction to Saman Dance” yang ditranslate langsung oleh Mas Eko kepada semua audience yang hadir. Di atas panggung, disaksikan semua yang tampil pada acara tersebut, Indonesian Saman Dance Performers tampil memukau dihadapan para audiencenya, sekaligus sukses membuka acara pada malam hari itu.

Persiapan dan kerja keras yang sudah dimulai sejak awal summer 1st session (awal Juni 2008), (nggak lupa.. special thanks buat Arin, Brian, Mondi, dan Anton who have being very supportive during the practice), membuat tim saman yang anggota barunya sebagian besar international students tampak tampil percaya diri di penampilan pertamanya sore hari itu.

Tim saman yang terdiri dari Audrey, Kenny, Lisa, Sarah, dan Aishah yang kelimanya dari Malaysia, Bethany (USA), Kurara (Japan), juga Citra, Tsuroyya, dan Riri yang ketiganya dari Indonesia, dan 2 syai as the lead singers (Ita dan Wini) mendapat banyak pujian dari tamu-tamu yang hadir malam itu.

Walhasil tim saman pun dapat tawaran manggung lagi untuk mengisi acara workshop yang rencananya akan diadakan Februari 2009 mendatang. Yang lebih menarik lagi tim saman akan tampil dengan full team apabila memungkinkan, dengan menggunakan kostum saman PERMIAS yang didatangkan langsung dari Indonesia fall quarter ini oleh Arin dan FK.

Berikut kesan-kesan dari Laura Schaeffer yang disampaikan kepada seluruh tim saman dalam emailnya berikut ini.
“Thank you and members of the saman dance team for your wonderful performance during the welcoming reception for the "Integrating Islam into the Social Studies Curriculum" workshop. The teachers were amazed at your precision and beauty (and so was I!).”

See you on the next Saman Dance Performance!

Monday, August 18, 2008

17 Agustus-an


photo by: Firman Manan


Gema kemerdekaan tidak hanya terdengar di seluruh pelosok Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gema kemerdekaan juga terdengar disalah satu kota kecil Athens, Ohio.
Tanggal 17 Agustus 2008 kemarin, Permias Athens mengadakan upacara bendera untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia. Meskipun dengan sarana dan prasarana yang terbatas, namun hal itu tidak menyurutkan semangat patriotisme temen-teman Permias.

Selain dihadiri oleh teman-teman Permias, perayaan hari kemerdakaan RI yang ke-63 juga dihadiri oleh beberapa orang Indonesianis dan teman-teman dari negara tetangga.
Perayaan dimulai dengan opening ceremony yang dibuka oleh ketua panitia perayaan kemerdekaan RI dan sambutan dari Don Flornoy, mantan penasehat Permias.
Upacara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, mengheningkan cipta, dan pembacaan doa.

Setelah upacara selesai, acara berlanjut pada pemotongan tumpeng sebagai tanda dimulainya makan siang. Berbagai hidangan khas Indonesia tersedia, seperti nasi kuning, ayam kalio, sambel goreng kentang, balado teri kacang, dan gado-gado. Ditambah lagi dengan sajian es buah menambah segar suasana.

Acara selanjutnya adalah permainan. Permainan yang dilombakan adalah permainan-permainan tradisional masyarakat Indonesia yang biasanya banyak di temui menjelang 17 Agustus. Berbagai permainan seperti balap kelereng, makan kerupuk, joget balon dangdut, dan sepak bola dangdut dilombakan untuk menghibur dan meramaikan suasana.

Setelah lomba selesai, acara diakhiri dengan foto bersama.



foto-foto dapat dilihat: http://www.flickr.com/photos/beam2/sets/72157606804108298/

Wednesday, August 06, 2008

Permias punya kostum SAMAN euy....

Photo by Arin.

Pengantar:
Alhamdulillah, pasukan SAMAN PERMIAS ATHENS nantinya bisa tampil dengan seragam lengkap. Sebuah kabar gembira datang dari Arin hari ini. Yuk kita simak penuturan Arin....

Dear all,
Mau laporan pandangan mata....:D
Alhamdulillah baju saman nya udah kelaarr. 20 pasang, bajunya warnanya kuning dan biru,beserta pernak perniknya dan juga seperangkat alat musik, rebana(20 buah),
suling dan juga angklung.

Pembelian baju saman dan alat musik tersebut sudah sesuai dengan budget yng disetujui oleh ISU. Demikian laporan dari jakarta,,,

tenggkyuuss,,,
arin

*dengan sedikit pengeditan ya, Rin :).
Thanks for the news.

Art Gish di Indonesia 6: Art Gish vs. Habib Shihab (Versi Farid)

Tulisan ini dimuat di Indo-OU mailing list. Adalah Farid, yang menuliskan perbedaan sudut pandang antara dua orang besar itu. Selamat menikmati tulisan Farid, nan legit :)

Tambahan dari diskusi Art dengan Riziq Shihab di penjara Narkoba Polda Metro Jaya:

1) Art Gish sangat terkesan dengan mudahnya mengunjungi "tahanan politik" seperti Riziq Shihab. Kata dia, nonsense hal seperti itu terjadi di Amerika! Saat itu, di ruangan tempat bezoek Shihab sudah berkumpul sekitar 25 orang, umumnya laki-laki berjenggot.
2) Art juga terkesan dengan kehangatan Riziq Shihab yang menyambutnya dengan a big hug, big smile dan cipika-cipiki. Dan, tentu saja dengan "a deep conversation"-nya dengan Art tentang jalan non kekerasan.
3) Shihab selalu menggarisbawai, "kekerasan" yang dilakukannya lebih karena negara gagal melakukan law enforcement terhadap "kemaksiatan": judi, prostitusi, dll.
4) Shihab juga gak mengaku yang dilakukannya adalah violence. Dia membedakan dua kata Arab: al-syiddah (tegas: aku ngartiinya hard way, lawan soft way seperti dialog) dan al-anaf (kekerasan, violence). Yang dilakukannya selama ini adalah al-syiddah.
5) Shihab mengartikan tindakannya selama ini seperti seseorang yang rumahnya kedatang para perampok: Dalam kondisi itu, tidaklah salah jika dia melawan dengan menembak si perampok.
6) Shihab bilang, jalan non violence adalah utopia. Gish sebaliknya bilang, jalan kekerasanlah yang utopia karena kekerasan dengan kekerasan akan selalu melahirkan kekerasan yang tak pernah berhenti.
7) Shihab menekankan american policies yang sering memprovokasi kelompok Muslim untuk melakukan tindakan "terorisme". Pemerintah Amerikalah yang salah, dan bukan Osama bin Laden, for instance. Kata Gish, sangat agung jika Osama meresponse American policies itu dengan jalan non kekerasan!
8) Menurut Gish, seharusnya para aktifis non violence punya kekuatan yang sama tangguh, punya komitmen yang sama kuat, dengan para serdadu yang siap mati di medan perang. Art bilang, untuk menghentikan rantai kekerasan, kita butuh banyak orang yang siap mati, tapi tak punya keinginan untuk membunuh. Pernyataan ini jelas ditolak Riziq Shihab, yang bilang, ada saatnya, kekerasan sebagai jalan menyelesaikan masalah.
9) Art juga menekankan pentingnya peacemaker team di kalangan Muslim, apalagi karena banyak daerah konflik justru di negara-negara berpenduduk Muslim, seperti Sudan dengan Darfurnya.
10) Keduanya bilang, meski beda pendapat, namun sama mengapresiasi beda pendapat itu. (My comment: Entahlah, apa ucapan yang sama ini punya arti sama buat Art dan Shihab? Nyatanya, tindakan factual mereka beda 125 derajat!)

Salam, farid
BTW, kegiatan di pesantren Al-Kenaniyah juga menarik.

Wednesday, July 30, 2008

Kings Island

Summer merupakan waktu liburan bagi orang Amerika. Hal ini menarik minat Permiasa untuk ikut menikmati liburan juga. Namun apa daya diawal summer season, sebagian Permiasa disibukkan dengan kuliah. Akhirnya setelah summer season I selesai, Permiasa merencanakan untuk berlibur. Tempat liburan yang dituju Permiasa adalah Kings Island, Cincinnati. Adalah Mas Adrian yang mencetuskan ide untuk berlibur ke Kings Island.

Hari pertama Permiasa menghabiskan waktu di Newport, Kentucky untuk menikmati kota Cincinnati dari kejauhan. Hari kedua, sekitar jam 10.00, kita semua sampai di Kings Island. Sebelum mengitari Kings Island, Mas Adrian menjelaskan denah lokasi dan titik pertemuan.

Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Eiffel tower. Dari tempat ini kita dapat melihat seluruh Kings Island. Setelah mengambil beberapa foto, Permiasa menuju lokasi masing-masing. Sebagian besar Permiasa menuju ke The Racer, roller coaster pertama. Setelah mencoba The Racer, reaksi Permiasa bermacam-macam. Ada yang ketagihan namun ada pula yang trauma bahkan tidak ingin mencoba roller coaster lainnya. Beberapa orang yang ketagihan mencoba roller coaster kedua, Adventure Express. Menurut sebagian besar Permiasa, Adventure Express ini tidak lebih menakutkan dari The Racer.

Lokasi yang menjadi tujuan Permiasa adalah Drop Tower dan Extreme Skyflyer. Namun hanya beberapa Permiasa yang bernyali besar yang mencoba dua wahana ini, sisanya hanya menonton dengan jantung berdegup kencang. Lama beradu nyali, perut pun terasa lapar. Akhirnya Permiasa menuju Foodcourt untuk mengisi perut dan mengumpulkan tenaga.

Selanjutnya, Permiasa menuju ke Boomerang Bay, water park di Kings Island. Untuk menuju ke Boomerang Bay Permiasa menggunakan kereta api, Miami Railroad yang memakan waktu sekitar 5-10 menit. Sebagian warga Permiasa mencoba wahana air yang ada. Dari Great Barrier Reef yang merupakan kolam renang berombak, White Water Canyon, hingga Coolangatta Racer.

Menjelang sore, semua kembali ke Kings Island untuk duduk-duduk santai beristirahat. Setelah beristirahat sebentar, beberapa orrang masih ingin mencoba permainan yang ada. Mulai dari Reptar, "mini" roller coaster hingga Vortex yang merupakan roller coaster 'kelas berat" (rating 5).

Setelah puas seharian bermain dan beradu nyali di Kings Island, acara diakhiri dengan makan malam sambil menikmanti kembang api. Pukul 10.00 pm Permiasa kembali ke Athens.

Tuesday, July 29, 2008

Art Gish di Indonesia 5: Art Bingung Belanjakan Honor Wawancara dengan TV-One

Oleh M Chozin

Pagi ini (Rabu, 3/7/08) bertepatan dengan hari libur Isra' Mi'raj, kegiatan pertama Art Gish adalah wawancara dengan sebuah stasiun televisi TV-One. Berhubung acaranya akan ditayangkan secara live pada jam 7 pagi, kami sengaja datang jau lebih pagi. Selesai sholat shubuh, kami berangkat dari rumah Mas Putut di bilangan Cinere, Jakarta Selatan, menuju studio TV-One di gedung Nusantara, yang terletak di jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Kebetulan hari ini hari libur sehingga suasana jalan di Jakarta lengang tanpa ada kemacetan sebagaimana hari-hari biasanya.

Sampai di studio TV-One, nampak sudah menunggu Pak Azumardy Azra dan Pak Kyai Hazim Muzadi (ketua PB NU) yang akan mengisi acara dialog sebelum Art. Sambil menunggu persiapan acara, Art menyempatkan memperkenalkan diri dan ngobrol dengan mereka.

Tepat jam 7, acara bedah buku 'Hebron Jurnal" dimulai dengan di moderatori oleh dua orang presenter utama TV-One. Dalam acara dialog yang dikemas dalam rangkaian acara khas milis TV-One, Selama Pagi Indonesia tersebut, penampilan Art dan Mas Putut nampak excellent. Justru dua orang moderator dari TV-One lah yang nampak tegang dan kurang nyaman dalam membawakan acara. Analisis kami, hal itu disebabkan karena keterbatasan peguasaan bahasa Inggris kedua moderator. Analisis ini juga diperkuat oleh komentar dari salah satu teman kami, Unie, yang sempat menonton acara dari rumahnya.

Selesai acara, kami langsung menuju ke MP Bookpoint, markas Mizan yang juga sekaligus sebagai markasnya besarnya Mas Putut. Dalam perjalan pulang, Art Gish masih bingung dengan bagaimana cara membelanjakan uang Rp. 300.000, honor dari tampil di TV-One. Setelah rembugan dengan Saya dan Mas Putut, akhirnya Art berencana memberikan uang tersebut kepada Pak Sopir yang selama ini mengantar perjalanan kami. Sssst,...sampai saat ini, Pak Sopir belum tahu kalau akan mendapatkan uang honor milik Art tersebut. Lha,... soalnya kami mendiskusikan rencana tersebut dalam bahasa Inggris.

Ah, ...jadi ingat cerita-cerita waktu aku di pesantren dulu mengenai seorang Kyai Sufi yang diundang ceramah di suatu desa. Kyai tersebut tidak pernah menyimpan uang honor ceramahnya untuk dirinya sendiri. Suatu hari, selesai ceramah, penyelenggara pengajian memberikan amplop ke Pak Kyai sambil bilang, "Ini buat naik becak!". Dalam perjalanan pulang, ternyata uang tersebut semuanya diberikan kepada sang tukang becak yang mengantar pak Kyai.

Nah, kira-kira begitulah apa yang dilakukan Art Gish sekarang, beliau sedang bingung dengan honor hasil wawancara di TV-One. Berhubung Art diantar dengan mobil, maka bukan tukang becak yang akan beruntung, tapi pak Sopir yang dapat pulung mengantar Art. Lha soalnya, di kwitansinya tertulis "untuk biaya transport".Opo tumon...?

Art Gish di Indonesia 4: Keliling Jakarta, Jogja dan Bandung

Reporter: Chozin

Sementara kegiatan Permias di Athens sedang sepi karena liburan summer, kegiatan alumni OU yang di Indonesia justru sedang rame-ramenya. Saat ini (21-31 Juli), para alumni OU yang baru datang ke Indonesia disibukkan kegiatan penyambutan kedatangan Art Gish di Indonesia. Sebagaimana yang sudah diposting dalam milis alumni OU, Universitas Paramadina dan Penerbit Mizan secara khusus Art Gish ke Indonesia untuk menjadi pembicara dalam beberapa diskusi yang bertemakan perdamaian. Diskusi-diskusi tersebut diselenggarakan dalam ragka peluncuran buku Art yang berjudul “Hebron Journal”. Buku yang berisi pengalaman Art Gish dalam misi-misi perdamaiannya di Palestina tersebut di diterbitkan oleh Penerbit Mizan dalam bahasa Indonesia.

Rangkaian acara diskusi tersebut diselenggarakan dalam tiga kota yaitu: Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung. Di Jakarta acara diskusi secara berantai diselenggarakan di Universitas Paramadina, cafe buku MP Bookpoint milik Mizan, dan studio televisi Channel One. Selain itu, Art juga sempat diwawancarai oleh beberapa media besar seperti Kompas dan Republika.

Di Yogyakarta, rangkaian diskusi bersama Art Gish diselenggarakan di Program Pasca Sarjana UGM, Penerbit LKiS, Ponpes Mlangi, dan Auditorium Fakultas Filsafat UGM. Terlihat beberapa alumni OU yang tinggal di Yogya seperti Elis Anis dan Chozin terlibat dalam arrangement perjalanan Art di Yogya. Selain menyempatkan diri mengunjungi Borobudur, Art juga menyempatkan diri untuk dinner bersama di rumah Elis dan kemudian menginap di rumahnya Chozin.

Di Bandung, Art di sambut oleh orang-orang dari group penerbit Mizan. Beberapa forum diskusi di bandungpun diselenggarakan, diantaranya di sekitar masjid Salman. Di kota inilah Art mendapatkan kenang-kenangan paling mengesankan dari para aktivis berupa kaos bergambarkan dirinya yang sedang menghadang tank dengan tulisan di bawahnya “LOVE against Machinary GUN”.

Selesai melakukan perjalanan dari Bandung, hari ini (29/7) Art kembali ke Jakarta untuk selanjutnya akan kembali ke AS hari Kamis (31/7). Selesai diskusi di MP Bookpoint, Art disambut oleh beberapa alumni OU dalam sebuah acara makan malam bersama di sebuah restoran khas Jawa Barat. Nampak hadir beberapa alumni OU diantaranya: Putut Widjanarko, Rudi Iskandar, Esky Suyanto (bersama suami), Pak Ganda Upaya, M Chozin, Sandra Nahdar, dan Sri Murniati (Unie).

Art Gish di Indonesia 3: Art Gish, Pejuang Perdamaian yang "Kaffah"

Pengantar:

Mulai tanggal 21 Juli 2008 ini, Universitas Paramadina dan Penerbit Mizan mengundang Art Gish untuk datang ke Indonesia dalam rangka peluncuran bukunya berjudul "Hebron Journal" yang diterbitkan oleh Penerbit Mizan. Berikut adalah tulisan pengantar dari Mas Putut dalam mengiringi perjalanan Art Gish di Indonesia.


ART GISH, PEJUANG PERDAMAIAN YANG "KAFFAH"

Oleh : Putut Widjanarko

Hari itu, di sebuah Jumat di tahun 2003, beredar kabar di masyarakat Muslim di Athens, kota kecil di bagian tenggara negara bagian Ohio, AS, kalau Art Gish melakukan tindakan luar biasa di Pales­tina beberapa waktu sebelumnya. Tak tanggung-tanggung, ia menghadang tank Israel yang berniat menghancurkan pasar orang Palestina, hingga moncong tank itu berhenti hanya beberapa senti­meter dari mukanya. Tank itu kemudian meng­alihkan jalannya. Belakangan, ketika duduk ber­samanya di pojok ruang utama gedung Islamic Center seusai shalat Jumat, saya tanya Art bagai­mana dia bisa seberani itu. Saya persisnya lupa jawaban Art, tetapi kira-kira begini: Keberanian itu datang dari Allah, dan saya hanya merespons apa yang hanya dan harus saya lakukan saat itu. Tak kurang dan tak lebih.

Selama kurang lebih enam tahun tinggal di Athens untuk menempuh pendidikan di Ohio Uni­versity antara 2001-2007, saya cukup sering ngobrol dengan Art. Biasanya saat-saat se­telah shalat Jumat, atau kesempatan lain ke­tika buka puasa bersama dan shalat tarawih. Be­berapa kali saya mengadakan janji berjumpa deng­annya di Alden Library, perpustakaan uni­versitas, untuk mengobrol. Lelaki berjenggot tebal dan murah senyum ini memang enak diajak ngob­rol.

Art tumbuh besar dalam lingkungan gereja yang menganut paham pasifis atau paham mut­lak anti-kekerasan. Paham ini menolak segala bentuk kekerasan. Dia telah aktif dalam kegiatan perdamaian selama 50 tahun, dan ikut terlibat dalam gerakan pembelaan hak-hak sipil serta bekerja bersama Martin Luther King, Jr. Art juga terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan anti-Perang Vietnam. Setiap Senin, dia melakukan peace vigil selama satu jam di depan gedung wali kota. Sering dia hanya sendirian, atau bersama istri­nya, Peggy Gish, kalau yang bersangkutan juga sedang tidak keluar kota. Mereka berdiri di depan gedung wali kota, menghadap ke jalan, dan meme­gang poster. Isunya macam-macam, yang intinya me­ngenai perdamaian. Suami-istri Gish telah mela­kukan hal ini selama 25 tahun, tanpa henti dengan teguh, setiap Senin, kecuali jika mereka se­dang di luar kota. Semangat dan mimpi akan per­damaian di dunia memang sudah mendarah daging bagi ke­duanya.

Art dan Peggy adalah anggota organisasi per­damaian Christian Peacemaker Teams (CPT). Jika wilayah kerja Art adalah Palestina, maka Peggy aktif di Irak. Sejak 1995, Art pergi ke Palestina setiap musim dingin sekitar tiga bulan. Jadi, sam­pai 2008 ini, Art telah pergi ke Palestina sebanyak 13 kali. Kegiatan Art di Palestina bermacam-ma­cam, yang intinya adalah mendorong upaya-upaya perdamaian di sana. Kadang-kadang dia meng­antar anak Palestina ke sekolah, karena dalam perjalanan ke sekolah itu sering anak-anak Pales­tina mendapat serangan atau cemoohan dari para pemukim (settlers) Yahudi dan bahkan dari tentara Israel. Seperti diceritakan dalam buku ini, sehari-harinya orang-orang Palestina mengalami hina­an baik dari para pemukim maupun tentara. Ke­ha­diran secara fisik aktivis perdamaian seperti Art, apalagi kalau membawa kamera, membuat para settler atau tentara menahan diri karena kha­watir diekspos lebih besar. Selain itu, Art bersama-sama dengan aktivis perdamaian dari Israel dan Palestina melakukan program-program perda­mai­an bersama.

Hubungan Art dengan masyarakat Muslim di Athens sangat baik. Kalau tidak keluar kota, dia hampir pasti ikut acara-acara yang dilakukan di Islamic Center of Athens. Dia mulai mengenal komunitas Muslim di Athens, yang sebagian besar mahasiswa, ketika datang pada acara open house pada akhir 1980-an, dan mulai bergabung ikut shalat pada sekitar 1998. Dia ikut datang hari Jumat, dan ikut shalat Jumat berjamaah. Pada bulan Ra­ma­dhan, dia berpuasa dan juga ikut buka puasa bersama, shalat magrib, isya, dan tarawih ber­jamaah bersama kaum Muslim yang lain. Suatu saat, dia memberi tahu saya bahwa dia sudah bicara dengan beberapa orang di Athens yang akan siap melindungi kaum Muslim dan ke­luarga­nya, kalau-kalau mereka mendapat ancaman ke­kerasan dari kaum Kristen Kanan. Saat itu, ke­caman kaum konservatif Kristen Kanan di media-media terhadap Islam memang menguat. Jika saja terjadi serangan pengeboman di Amerika, bukan tidak mungkin kaum Muslim yang tinggal di Amerika akan menjadi sasaran pembalasan. Art sangat kha­watir memikirkan kemungkinan itu, dan karena­nya sempat berbicara dengan be­berapa orang di Athens untuk mengantisipasi­nya.

Istri Art, Peggy Gish, juga aktivis perdamaian yang teguh. Hanya, kalau Art aktif di Palestina, wi­layah kerja Peggy adalah Irak. Ibu yang ber­wajah teduh dan bertubuh kecil ini tak dinyana menyimpan energi dan tekad yang besar. Se­bagai bagian dari CPT, Peggy telah berada di Irak bah­kan 5 bulan sebelum tentara AS menyerbu Irak. Dalam satu percakapan sebelum Peggy berang­kat, dia mengatakan dengan sebisanya mereka akan mencoba menentang serbuan AS dengan menjadi semacam human shield (perisai manu­sia) di Bagdad. Peggy dan kawan-kawannya tetap tinggal di Irak ketika pengeboman Bagdad di­mulai. Menurut Art, selama enam tahun ter­akhir ini, Peggy menghabiskan separuh waktu hidup­nya di Irak.

Salah satu kegiatan utama CPT di Irak adalah mendokumentasikan pelanggar­an-pelanggaran yang dilakukan oleh tentara pen­dudukan, men­dampingi keluarga-keluarga men­cari anggota-anggota mereka yang hilang, dan juga bekerja sama dengan organisasi lokal sema­cam Muslim Peacemaker Team. Akibat aktivitas ini, CPT tidak disukai oleh tentara pendudukan. CPT selalu ber­usaha menyebarkan temuan mereka ini, tetapi tidak pernah mendapat perhatian serius dari me­dia di AS. Mereka bahkan tahu lebih dulu pelang­garan HAM oleh tentara-tentara AS di Pen­jara Abu Ghraib. Tetapi, kasus ini meledak hanya setelah wartawan masyhur Seymour Hersh me­nulisnya di The New Yorker.

Kegiatan CPT di daerah yang berbahaya ini telah memakan korban beberapa anggota CPT, ketika beberapa anggota mereka diculik oleh pi­hak tak dikenal dan ditemukan tewas beberapa saat kemudian. Peggy sendiri sempat diculik oleh kelompok orang tak dikenal. Komunitas Muslim di Athens sangat prihatin mendengar kabar itu, dan ikut bersyukur ketika beberapa saat kemu­dian Peggy dibebaskan. Kata Peggy, salah satu yang membuatnya bebas adalah karena dia me­nun­­jukkan foto Art yang sedang menghadang tank Israel itu kepada para penculik. Rupanya para penculik itu terkesan.

Art dan Peggy tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana di pertanian di luar Kota Athens. Rumah itu begitu sederhana, bahkan untuk ukur­an orang miskin di Amerika. Seorang teman saya, Ihsan Ali-Fauzi, mempunyai cerita menarik untuk menggambarkannya. Suatu kali, dia mengantar beberapa tokoh muda Muslim Indonesia yang sedang berkunjung ke Athens, dalam sebuah pro­yek yang diselenggarakan oleh Ohio University. Salah satu tujuannya adalah berkunjung ke rumah Art Gish, dengan menumpang bus dari universitas. Setelah beberapa saat sampai di sana dan me­lihat kondisi rumah Art Gish, sopir bus itu berbisik dengan jengkel ke Ihsan. Kata sopir bus itu, kurang lebih, kalau ingin membawa rombongan tamu, mendingan ke rumah dia saja, tidak ke rumah Art yang "malu-maluin" itu.

Karena sangat peduli dengan lingkungan, mereka adalah petani yang meyakini sistem per­tanian organik, sehingga, misalnya, mereka tidak memakai pupuk kimia untuk menyuburkan ta­nam­an mereka. Mereka membuat pupuk kom­pos dari bahan-bahan alami yang ada. Sampai-sampai, mereka tidak memiliki WC, karena mereka juga memanfaatkan "limbah buang air besar" untuk bahan pupuk. Hasil pertanian mereka akan dijual ke Farmers' Market yang diadakan dua kali seminggu di Kota Athens. Jika ikut berbuka puasa bersama atau jika ada acara makan-makan di Islamic Center, Art selalu membawa ember kaleng. Tujuannya untuk menampung tulang-tulang, biji-biji kurma, dan makanan sisa untuk nanti dijadi­kan­nya pupuk kompos. Yang sering membuat saya malu sendiri pada kesempatan-kesempatan semacam itu adalah bahwa Art tidak pernah mau memakai piring, gelas, atau mang­kuk sekali-pakai yang terbuat dari styrofoam yang disediakan di situ. Padahal saya tahu, dan saya yakin sebagian kaum Muslim di Athens tahu, bahwa bahan ini termasuk yang paling tidak ramah lingkungan, termasuk bahan yang paling sukar menyatu kem­bali dengan alam. Art selalu mem­bawa piring dan gelasnya sendiri karena tidak ingin menambah polusi di bumi ini. Art juga se­lalu menghabiskan licin tandas makanan yang diambilnya. Selesai makan, dia akan menjilati pi­ringnya untuk me­mastikan tidak ada makanan yang tersisa.

Bagi saya, Brother Art, begitu biasanya kaum Muslim di Athens menyapanya, adalah orang yang berkepribadian luar biasa. Setiap kali di depan dia, saya selalu merasa kecil, mengingat begitu banyak hal yang telah dilakukannya untuk orang Palestina maupun umat manusia secara keselu­ruhan. Dia sebuah pribadi dengan keyakin­an yang total, yang "kaffah". Sekadar sebuah ben­tuk apre­siasi kecil, saya pernah menghadiah­kan sepo­­tong kemeja batik baru untuknya. Pada Jumat berikutnya, dia memakainya ketika shalat Jumat di Islamic Center. Ukuran baju itu pas sekali di tubuhnya. Dan dia tampak gagah. Tetapi, tetap saja itu apresiasi yang terlalu kecil untuk karya kemanusiaannya yang luar biasa.

Art dan Peggy adalah cermin bening yang memantulkan bayangan-bayangan indah. Ada bayangan seorang humanis yang prihatin ke­pada nasib orang-orang tertindas, ada juga pluralisme religius in its best yang tak dinodai sekadar pame­ran kekenesan intelektual, lalu kecintaan seorang environmentalis kepada alam yang dermawan memberi hidup kepada penghuninya, gaya hidup zuhud kaum sufi, dan sikap cinta damai total se­orang Muslim. Art adalah sebuah exemplar, yang amat dibutuhkan untuk memancarkan secercah sinar ke atas bumi-manusia yang rasanya makin gelap dengan tingkah polah kerumunan makhluk yang lebih sering kehilangan kemanusiaannya. Art adalah cahaya di ujung terowongan peradab­an, betapapun gelap dan panjangnya terowong­an itu. Meski malu, setiap kita perlu becermin padanya, dan tanpa ragu masuk ke barisan yang dibentuknya. Agar kita bisa mengklaim kembali kemanusiaan kita yang terancam aus oleh se­rang­an banalisme yang terus-menerus mengharu-birunya.

Jakarta, 26 Juni 2008

Sunday, July 27, 2008

Dua Mahasiswi OU Belajar Bahasa di Salatiga, Indonesia

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, setiap summer beberapa mahasiswa Amerika yang kuliah di OU tinggal di Indonesia untuk belajar bahasa Indonesia. Mereka biasanya di sponsori oleh The Consortium for the Teaching of Indonesian and Malay (COTIM) (http://www.ohiou.edu/COTIM/) atau Yayasan USINDO (Yayasan US-Indonesian Society) (http://www.usindo.org/).

Summer tahun 2008 ini, dua orang mahasiswa OU yang beruntung dapat beasiswa COTIM ke Indonesia adalah Molly Roth dan Katherine Shaw. Bersama 10 orang mahasiswa Amerika dari kampus lainnya, mereka mengikuti kelas-kelas intensif bahasa Indonesia di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Salatiga, Jawa Tengah sampai tanggal 15 Agustus 2008.

Di Salatiga, Molly (mahasiswa S1 OU jurusan International Studies) mengambil kelas Advanced Indonesia, sementara Kat (S1 OU jurusan Anthropology) mengambil Elementary Indonesia. Meskipun sempat mengalami beberapa kali shock culture, kedua mahasiswi tersebut nampak enjoy sekolah di UKSW.

Selain mengikuti kelas-kelas, mereka juga menyempatkan diri jalan-jalan ke kota lain, diantaranya Yogyakarta, yang hanya berjara 3 jam dari Salatiga. Di Yogyakarta mereka menginap di rumahnya Chozin. Selama lima hari (14-18 Juli) mereka mengunjungi dan bertemu dengan tokoh-tokoh LSM perempuan dan lingkungan hidup di Yogya. Wawancara-wawancara terebut merupakan bagian dari tugas untuk membuat tulisan akhir. Pada penutupan kelas nanti bulan Agustus nanti, mereka harus menyerahkan tulisan dalam bahasa Indonesia sepanjang 10 halaman. Nah looo....!

Art Gish di Indonesia 2: Art Gish dan Aksi Non-Kekerasannya Melawan Israel

Arthur G. Gish, tokoh yang sedang kita bicarakan ini, tak bisa dilepaskan dari kiprah Christian Peacemaker Teams (CPT). CPT adalah bagian dari sebuah gerakan non-kekerasan yang telah terbangun selama lebih dari 50 tahun terakhir. Salah satu dari kontribusi CPT paling penting di abad ke-20 adalah dikembangkannya teori dan strategi aksi langsung non-kekerasan. Dengan segera seseorang berpikir tentang Gandhi dan perjuangan kemerdekaan di India, Martin Luther King Jr. dan Gerakan Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat.

CPT adalah bagian dari sebuah gerakan intervensi penduduk yang tengah berkembang dalam situasi konflik, seperti yang dicontohkan oleh kelompok-kelompok seperti Balkan Peace Teams, Peace Brigades International, Witness for Peace, dan Nonviolence International. Kelompok-kelompok ini melatih orang-orang biasa untuk pergi tanpa senjata memasuki situasi-situasi yang dipenuhi konflik. Di seluruh dunia orang-orang mulai menyadari bahwa perdamaian terlalu penting untuk diserahkan kepada pemerintah maupun para ahli.

Menurut Putut Widjanarko, salah seorang yang mengenal Art Gish ketika tinggal di Athens, Ohio, AS, Art tumbuh besar dalam lingkungan gereja yang menganut paham pasifis, atau paham mutlak anti-kekerasan. Paham ini menolak segala bentuk kekerasan. Dia telah aktif dalam kegiatan perdamaian selama 50 tahun, dan ikut terlibat dalam gerakan pembelaan hak-hak sipil serta bekerja bersama Martin Luther King, Jr. Art juga terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan anti Perang Vietnam. Setiap hari Senin, dia melakukan peace vigil selama satu jam di depan gedung walikota. Sering dia hanya sendirian, atau bersama istrinya, Peggy Gish, kalau yang bersangkutan juga sedang tidak keluar kota.

Apa yang dilakukan dan dipikirkan Art, terkait dengan aksi perdamaian dan aksi heroiknya ketika menghadang tank Israel, kini dapat dinikmati lewat karyanya yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Penerbit Mizan. Judul karya Art dalam edisi Indonesia adalah Hebron Journal: Catatan Seorang Aktivis Perdamaian dari Amerika di Palestina yang Melawan Kekejaman Israel dengan Jalan Cinta dan Anti-Kekerasan. Buku karya Art ini merekam pengalaman seorang sukarelawan penjaga perdamaian di Palestina. Pada 1995 hingga 2001, Art Gish hidup bersama keluarga-keluarga Muslim dan melakukan aksi-aksi anti-kekerasan menentang kekejaman Zionis Israel.

Bagi para pencinta perdamaian, buku Art Gish ini tentu merupakan buku yang tidak dapat dilewatkan begitu saja.[]

Sumber: Mizan Publishing, http://mizan.com/index.php?fuseaction=emagazine&id=18&fid=187

Art Gish di Indonesia 1: Art Gish dan Moncong Tank Israel

“Mungkinkah cinta mengalahkan kebencian?” tulis Franz Magnis Suseno ketika memberikan kata-kata pujian (endorsement) untuk karya Art Gish, Hebron Journal. Setelah menyebar kalimat mengundang tanya tersebut, Franz Magnis melanjutkan, “Gish dan timnya membuktikannya. Dengan mengekspos diri, tidak memaksa dan mengancam, mereka berhasil membuka kemanusiaan dalam lubuk hati yang total terperangkap dalam neraka kekerasan. Sebuah buku harapan yang memberi harapan.”

Sebuah buku harapan yang memberi harapan? “Aku berteriak kepada tentara-tentara Israel itu, apakah mereka bangga atas perbuatan mereka,” tulis Art Gish dalam Hebron Journal. “Apakah ini namanya perdamaian? Apakah ini Israel yang mereka cita-citakan? Seorang tentara meludah ke arahku, jadi aku langsung mendekatinya dan mempersilakannya meludahiku. Dia menolak tawaranku.”

Kisah heroik Gish tidak berhenti di situ. Di tempat lain, di catatan-catatannya, Gish menulis, “Sebuah tank datang menderu di hadapanku. Moncong raksasanya mengarah kepadaku. Aku mengangkat kedua tanganku di udara, berdoa, dan berteriak, ‘Tembak, tembak! Baruch hashem Adonai! (Terpujilah nama Tuhan!’) Tank itu berhenti beberapa inci di hadapanku. Aku lantas berlutut di jalanan, berdoa dengan tangan terangkat di udara. Aku merasa sendiri, lemah, dan tak berdaya. Aku hanya bisa menjerit kepada Tuhan.”

Dalam membela rakyat Palestina, Gish tak jarang harus menempuh bahaya, seperti menghadang tank dan buldoser yang akan meratakan rumah dan pasar, atau menghadapi todongan senapan tentara Israel. Gish juga berusaha menjembatani hubungan umat Muslim, Yahudi, dan Kristen di Palestina yang telah terpecah belah akibat politik Zionis.

Arthur G. Gish telah aktif selama 40 tahun mewujudkan perdamaian dan keadilan sosial. Sejak muda, dia terlibat dalam gerakan menentang keterlibatan AS dalam semua perang. Setelah pengabdian pertamanya di Palestina, setiap tahun Gish tinggal beberapa bulan di Palestina untuk memperjuangkan nasib rakyat Palestina.[]

Saturday, July 26, 2008

"Puisiku Bermimpi", Testimoni IL Sangaji Meninggalkan Athens

Oleh M Syahril Sangaji

Mantan pacarku yang baru saja kutinggal pergi bertanya dalam sebuah obrolan menjelang tidur: "Apa yang akan kamu bawa pulang dari Amerika? Aku hanya bisa membawa MacBook White , Aku juga membawa majalah Playboy sebagai oleh-oleh teman priaku."
Mantan pacarku bertanya lagi: "Lalu apa yang kamu tinggalkan yang akan membuat kamu rindu? Aku tinggalkan satu paket trinitas berharga: Permias, Ohio University, dan Amerika"

Masih penasaran ia ajukan pertanyaan lain dengan isi yang sama : "Adakah sesuatu yang membuatmu tidak bisa mengucapkan goodbye kepadanya? Ada! Paket trinitas lain yg paling berharga dan tak akan pernah lepas dari jiwaku: Integrity, Professionality, and Honesty atau Integritas, Profesionalitas dan Kejujurinitas."

Sambil mencolek menepuk-nepuk pundakku, mantan pacarku bertanya memelas: "Tapi kamu masih akan tetap ingat aku kan?" Daripada panjang kujawab saja "iyaaa..." sambil memplototi pramugari cantik Cathay Pacific yang berkata “excuse me sir! Do you prefer to have Muslim meal?"

Catatan: Kirain Muslim meal itu makanan non-pork. Ternyata yg disajikan adalah Middle Easter food. What the health!!!

Hongkong, 25 Juli 2008, 3.41 pm.

PERMIAS Athens Kembali Akan Dikunjungi Pejabat dari KBRI di Washington DC

Laporan dari Eko Junor

Hari ini (7/260), Permias mendapatkan kabar dari Ibu Enda (staf Atdiknas KBRI) dan Bpk Chalief Akbar (Kepala Bidang Pensosbud KBRI) mengenai rencana kedatangan Deputy Chief of Mission (DCM) KBRI di Washington, Bapak Salman Alfarisi, ke Athens.

Rencananya beliau akan datang pada tanggal 7 Agustus 2008 untuk bertemu dengan Vicky West (OU Graduate Office) dan Karla Schneider (International Studies). Dalam kunjungannya tersebut, rencananya juga akan diadakan acara dinner bersama para anggota PERMIAS.


Monday, July 14, 2008

Auf Wiedersehen und Willkommen

Reported by: Mondi

Kemarin jam 11 siang waktu Athens raya, seorang MAIA baru pulang ke tanah air tercinta. Sekarang semua MAIA angkatan 2006 sudah pada ninggalkan Athens.Dua orang yang masih ada di Amerika adalah Il yang masih ada di New York dan lagi mubeng sama iPhone sedangkan satunya adalah Chozin yang sedang conference di Florida(?). Tanggal 12 kemaren adalah hari piknik terakhir bersama Unie sebelum pulang ke Indonesia. Warga permias nga semua datang tapi bagi yang datang mereka setidaknya ditawari barang2 peninggalan Unie. Mbak Riri, warga baru permias, juga datang dan terlihat menikmati acara. Mas Faisol, yang juga warga baru, tidak datang karena harus masuk kelas. Makanan di piknik di buatkan oleh Unie sendiri yaitu semur dan salad sedangkan Arin mempersembahkan masakan andalannya yaitu lumpia yang memang enak rasanya. Kemarin malam permias kedatangan 1 anggota baru lagi dari Ford juga bernama Aisha (apa ada Fachri nya?? :D). Demikian pemberitaan singkat dari Athens. See ya!

Friday, July 04, 2008

Kode Sandi untuk Ngetes Jika Ketemu Alumni OU

Oleh Chozin

Dengan jumlah 1000 lebih mahasiswa internasional dari sekitar 100 negara, kuliah di OU, selain sebagai sarana untuk menimba ilmu pengetahuan, juga merupakan sarana untuk membangun jaringan pertemanan dengan berbagai orang dari berbagai bangsa dan latar belakang. Saat ini, kemanapun kita pergi, akan dengan mudahnya bertemu dengan orang yang pernah kuliah atau minimal punya hubungan sejarah dengan OU. Seperti baru saja dilaporkan oleh alumni OU dari Aceh, Zulfikar, yang kini sedang mengambil S3 di Australia:

“…pagi saya ketemu sama mantan dosen (OU –red) yaitu Pak Harry/Harry Aveling. Kebetulan saya pake baju jaket OU dan mau beli capucino, eh.. tiba-tiba Pak Harry yang lagi berpapasan dengan saya ngomong "Eh pernah kuliah di OU ya?" katanya, yach akhirnya kita berbicara panjang lebar. What a small world ya…?”.

Pak Harry Aveling beruntung bertemu dengan pemakai kaosu OU yang betul-betul alumni OU. Jika Pak Harry di Indonesia, barangkali beliau akan kecele. Soalnya tidak semua orang yang memakai kaos OU di Indonesia adalah orang OU, bisa jadi mereka adalah teman atau saudara dari alumni OU yang kebetulan mendapat oleh-oleh kaos OU. Seperti kita ketahui bersama, orang mahasiswa Indonesia di OU paling suka membawa oleh-oleh pulang berupa kaos OU.

Oleh karena itu, untuk mengetes apakah seseorang itu alumni OU atau bukan, perlu ada kata sandi. Kata sandinya adalah O-H dan I-O, maksudnya jika bertemu seseorang yang diduga adalah alumni OU, maka ucapkanlah: “O-H!!! ”. Jika orang tersebut adalah alumni OU, maka dia harus menjawab dengan: “I-O !!!”. Jika tidak menjawab, maka meskipun dia memakai atribut OU dia bukan alumni OU.


Thursday, July 03, 2008

Acara Syukuran Keluarga Adrian Budiman


Photo by: Eko Junor
Reported by: Merlita (iTa)

Bertempat di Richland Avenue Park, Sabtu, 28 Juni 2008 kemarin, acara BBQ bareng yang digelar oleh Mas Adrian sekeluarga, selain untuk syukuran kelulusan PhD Mas Adrian di bidang Telecommunication, juga sebagai farewell party Mas Adrian sekeluarga dan teman-teman Permias lain yang akan meninggalkan Athens dan kembali ke tanah air dalam waktu dekat ini.

Mbak Tiwi, istri mas Adrian dibantu Bu Yojo yang notabene master of cookingnya ibu2 di Athens, menyajikan hidangan yang lezat dan mantap sekali, termasuk ayam bakar yang jadi menu utama, siomay lengkap dengan bumbunya ala Ibu Firman beserta anak-anak kostnya pun nggak kalah lezatnya, ditambah dengan es buah yang super seger hasil racikan Mbak Mila dan Mbak Lina. Acara dimulai dengan ramah-tamah, BBQ ayam, olahraga (main kasti, bola, kejar2an..), ibu2 dan beberapa calon ibu2 menata meja hidang.

Walaupun thunder storm turun seperti yang diperkirakan, tapi itu semua tidak menghambat acara yang memang sudah didesain sedemikian rupa untuk menghadapi berbagai macam situasi. Dibawah shelter yang nyaman, acara tetap berjalan sesuai rencana, makan malam bersama dan dilanjutkan dengan pembacaan testimonial yang ditujukan untuk Mas Adrian and family dan Mas Rudi.

Pembacaan testimonials seru banget, bahkan disisipi game menarik untuk penerima testimonial; "menebak siapa pemberi testimonial". Arin, presiden Permias yang sudah menyiapkan beberapa kertas undian yang isinya testimonials kemudian dibacakan randomly ditambah dengan gaya2 khas masing2 pembacanya menambah suasana makin hangat dan ramai.

Setelah testimonials dibacakan, acara diisi dengan menyanyi bersama, gitaris-gitaris Permias seperti Mas Rudi, Mas iL, dan Mbak Mila, bahkan Arin pun turun tangan untuk ikut mengiringi penyanyi-penyanyi dadakan dari Athens. persembahan khusus duet maut mas iL dan Mbak Wini "Kangen" by Chrisye untuk Mbak Tiwi dan Mas Adrian pun sangat menghanyutkan suasana sore itu, setelah itu giliran Amira yang diberi kado "Bleeding Love" by Leona Lewis oleh duet maut kita ini :D.

Acara berlanjut dengan kesan2 dari sahabat-sahabat internasional kita seperti Pang (Thailand), Animesh (India), Kenny (Malaysia), dan Adam (US) nggak lupa dari Ibu Suri kita Mbak Lina, dan Bapak kita Pak Yojo. Acara ditutup dengan pembacaan doa dan foto bersama.

"All I can see here, there are respect, friendship, and love between you guys"
kutipan dari Pak David salah seorang warga Athens penjaga taman Richland nan asri itu yang gabung dengan kita mulai dari awal acara sampai akhir.

"Sangat kekeluargaan dan buat saya jadi awet muda" kata Mbak Tiwi.

Sampai jumpa Mas Adrian, Mbak Tiwi, Om Rudi, Amira, dan Aditya. Tetap berkarya sesampainya di tanah air. Semoga ilmu dan kesuksesan yang telah diraih dapat membawa manfaat untuk rakyat dan tanah air tercinta kita, Indonesia.



Tuesday, July 01, 2008

Temu Alumni OU di Jakarta



Foto by Ezki

Reported by Chozin (berdasarkan email-email di mailist alumni Indonesia-OU)

Jakarta (29/6/08). Menyaingi semaraknya kegiatan mahasiswa Indonesia di Ohio University, para alumni OU yang di Indonesia-pun tak mau ketinggalan, mereka menyelenggarakan acara temu alumni OU. Temu alumni berlangsung pada tanggal 29 Juni 08, bertempat di rumah Ezki, Kayumanis 8 No 10B, Matraman, Jakarta.

Menurut laporan dari tuan rumah, “reuni berjalan baik dengan guest star Mbak Erda (Banjarmasin) yang berhasil mengecoh para undangan karena semua nanya "mana Rudi? Mas Ihsan (yang aktif di Paramadina) juga membawa sebundel majalah Madina untuk Mas Rudi sebagai oleh oleh.” Sayangnya Mas Rudi masih di Athens dan baru berencana untuk kembali ke Indonesia bulan Juli (red). “Mbak Erda nya senyum senyum aja tuh ternyata peserta tertipu dikira kita bikin welcome party, eh… ternyata Mas Rudi balik tgl 5 Juli.”

Tercatat beberapa peserta yang hadir yaitu: keluarga Mas Ihsan and Mbak Ida, keluarga Mas Putut and Mbak Elin , keluarga Ratri and Toni, kuri, Gigin, Mbak Erda, keluarga Mas Yudi and Mbak Nita, Rizal dan Ezki.” Menurut Mbak Kurie, alumni OU yang kini bekerja di Tempo, acara reuni tersebut hampir persis formasi kala di Athens (2003-2005), ketika para single-wan dan single-wati diemong oleh para keluarga lokal: Putut's, Icang's, Rudi's, Adrian's, dan Pak Yojo's serta Pak Fauzi's. Tanpa ketinggalan, menu-menu favorit para alumni juga disediakan, diantaranya: Pecel, Bakso, Siomay, Cendol, kue-kue, dan soft drink.

Acara temu alumni tersebut juga mendapat sambutan hangat dari alumni OU yang masih di AS, seperti Sukidi (alumni OU yang kini masih PhD di Harvard, Boston) dan juga Adrian (yang baru saja menyelesaikan PhD-nya di komunikasi OU dan kini sedang siap-siap untuk pulang kampung). “Buat teman di Indonesia... I'm jealous! Biarpun lewat foto, tapi kami bisa merasakan kehangatan reuni bobcat di Jakarta,” komentar Adrian. Sementara itu Meta (alumni OU yang kini mengajar di Unhas, Makassar) yang tidak bisa hadar mengusulkan pertemuan lanjutan BAA (Bobcats Alumni Association - istilah untuk alumni OU) di Yogyakarta.


Wednesday, June 25, 2008

Photography Workshop I

reported by gugun

Kamera bukan segalanya. Jangan merasa rendah diri karena mengambil foto menggunakan pocket camera. Pocket camera juga dapat menghasilkan foto yang sangat indah, asalkan kita mengenal kamera kita dan mempunyai sense untuk mendapatkan foto terbaik.

Kalimat itulah yang sering diucapkan oleh Dr. Adrian Budiman (Mas Adrian) dan Sandra Nahdar, MAIA (Sandra) ketika memberikan materi pada Photography Workshop I yang telah dilaksanakan pada hari Senin, 23 Juni 2008 bertempat di Rollins Room, Alden Library. Workshop terdiri atas tiga sesi, yaitu materi, praktek, dan komentar atas foto-foto yang diambil.

Mas Adrian mengatakan bahwa ada lima hal terpenting dalam fotografi:
1. Composition, yang terdiri atas, Rules of Third dan Guiding Line.
2. Background
3. Cahaya
4. Aperture/Bukaan
5. Kecepatan Shutter

Setelah kurang lebih diberikan materi, peserta workshop diberi kesempatan untuk mempraktikkan teori yang telah didapat. Peserta diberi tugas untuk mengambil obyek manusia tanpa harus berpose.

Kembali ke Rollins Room, peserta diminta untuk menunjukkan foto-foto yang telah diambil. Mas Adrian dan Sandra juga temen-temen peserta workshop memberikan komentar atas foto-foto tersebut. Mas Adrian juga memberikan tips bagaimana agar foto tersebut menjadi lebih baik. Mas Adrian juga memberikan tugas (PR) bagi peserta workshop untuk mengambil foto benda-benda yang biasa digunakan sehari-hari di apartment masing-masing. Foto tersebut akan diupload di group fotografi workshop Permias. Bagi temen-teman yang ingin bergabung, silahkan klik link di bawah ini:

http://www.flickr. com/groups/ 762512@N24/

Pukul 9.00 pm. acara workshop ditutup dengan foto bersama. Rencananya akan diadakan Photography Workshop II tentang proses editing foto.





Konstitusi Baru Memungkinkan Mahaiswa Non-Indonesia Menjadi Anggota Permias



Athens (24/06/08). Demi memenuhi tuntutan peraturan baru agar tetap terdaftar sebagai salah organisasi resmi di Ohio University, Permias memutuskan untuk membuat constitution (AD/ART). Tepatnya pada hari Selasa, 24 Juni 2008 pukul 18.15 WITA (Waktu Indonesis di Athens), bertempat di Alden library ruangan 208, Permias berhasil meresmikan konstitusi barunya. Terwujudnya konstitusi baru tersebut merupakan hasil jerih payah beberapa pegiat Permias Athens dalam menempuh beberapa kali pertemuan dan pembahasan.

Ada point penting dalam konstitusi baru tersebut, yaitu mengenai keanggotaan Permias. Kini keanggotaan Permias diperluas bukan hanya terbatas pada mahasiswa Indonesia di OU saja. Pasal mengenai Honorary Membership dalam konstitusi memberi peluang lepada mahasiswa non-Indonesia di OU menjadi anggota Permias. Menurut para permusnya, pasal tersebut diciptakan mengingat banyaknya mahasiswa OU non-Indonesia yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan Permias. Selama ini keterlibatan mereka lebih bersifat informal, karena tidak didukung oleh konstitusi. Oleh karena itu, dengan konstitusi baru tersbut, siapa saja yang tertarik dan memenuhi syarat bisa menjadi anggota Permias Athens.

Mengenai detail konstitusi baru Permias bisa diakses langsung melalui website Permias Athens, www.permiasthens.us.


Sunday, June 22, 2008

An Email From Mas Adrian for the Farewell night

This email was sent by Mas Adrian, one day after the "One Day with Senior Permias 2008".
This email is extremely so inspiring and relishing...

Posted by nellymartin

Dear friends,

Thank you for a lovely and memorable evening.

When we first walked into Ohio University, we felt lonely, distant,
and secluded from our home far away.
The first year was tough, trying to balance a family, academics, work
within a tight schedules and limited financial resources.
The second year, several new Indonesian students came to Athens who
brightened our lives..
it was then we started to feel more comfortable living in a distant land.
After the third year, Athens became a "home" for us. We built a
community here, a network of close friends facing similar
circumstances. It was then, that we realized how important it was to
have such a supportive social circle around us.
The fourth year and beyond is history.. Permias was and is still one
of the tightest, active and well-run organizations at Ohio University.
An organization that other organizations can only dream to become.

I sometimes ponder how this came into being.

I found that Permias was based on pride, friendship, love, and mutual
respect. I hope that future generations can continue to develop and
nurture this legacy for all incoming Indonesian students. Although we
are all unique in our own special ways, we all share a similar goal to
become a representative of our beloved country and to contribute
towards its future success. Some of us have sacrificed careers &
family to make a difference by studying so far away. I salute you all
and I wish you will one day a leader in your own way back home.

Last but not least, echoing Tiwi's advice, please don't forget your
priorities: work hard first then you can play hard. Your studies
always come first. Please make your seniors and your country proud by
excelling in your courses then you can celebrate and reap its rewards.

Good luck and may God bless you.. always,

Adrian

Saturday, June 21, 2008

Summer in Athens


Photo by : Rick Fatica

Summer pertama di Athens..


ternyata nga terlalu sepi tapi tetep aja seru karena banyak para permiasa nga pada pulang. Meskipun banyak toko yang males buka gara-gara omzetnya pasti turun, selama Baker masi tetep buka..kegiatan jalan terus..
Hari- hari liburan diisi sama banyak hal yang seru-seru..banyak hal yang nga bisa dilakuin waktu hari-hari kuliah jadi bisa dilakuin sekarang. Ada yang main salon-salonan, ada banyak yang main kasti, ada yang bakar-bakar jagung, ada yang sibuk buang sampah n pulang bawa sampah baru ada yang belajar setir mobil, ada yang berusaha ndapetin SIM (yang susahnya amit2), ada yang nemuin suami, ada yang jadi hobi ke rumahnya temen buat main kartu, ada..banyak dah..hehe..

Ada juga beberapa orang yang uda punya gelar baru n selamet yaaaa!!!
mreka pada uda mau pulang..T_T
tapi..mreka tetep kakak-kakak yang terbaik buat adik-adik di sini..
sebagian dari kakak-kakak inilah yang kemaren nyelenggarain acara iseng ke The Ridges..
Ita dengan sukses triak ketakutan gara2 liat penampakan di Wolfe( dasar orang2 iseng), Arin jadi rada parno, citra..emm..baek2 aja,Mondi..takutttt juga huhuhu...
eniwei..seru sih malem2 ke bangunan serem kaya gitu..palagi ke kuburan gitu..emang ga bisa cari nomer tapi yah..tau lah gimana kuburan tanpa nama..hahaha...

intinya..kesimpulannya...summer di athens seru! hhehe

Sunday, June 15, 2008

One Day With Permias OU Senior 2008


photo by eko junor

reported by gugun gunardi


Sabtu, 14 Juni 2008, Permias OU mengadakan rangkaian acara yang bernama One Day with Permias OU Senior 2008 yang terdiri atas games, makan-makan dan penyerahan award. Acara tersebut merupakan ungkapan rasa syukur dan terima kasih Permias kepada kakak-kakak senior yang telah berhasil menyelesaikan study-nya di Ohio University dan sekaligus merupakan perpisahan kakak-kakak senior Permias yang akan kembali ke tanah air Indonesia tercinta.

I. The Games

Permaianan pertama adalah kasti. Walaupun hanya bermodalkan bola kecil dan ranting pohon sebagai pemukulnya, namun hal itu tidak mengurangi keceriaan teman-teman Permias. Tim dibagi dua, senior dan junior. Tim senior terdiri atas Farid, Chozin, Maru, Eka, Uni, Il, Sandra dan Mas Adrian. Sedangkan tim junior terdiri atas Valhan, Anton, Gugun, Citra, Citro, Amanda, dan Mbak Tiwi. Permainan diwarnai dengan saling serang, saling lempar, dan saling adu strategi. Namun, faktor usia akhirnya berbicara juga. Tim senior akhirnya menyerah dengan skor yang cukup mencolok, 11-3 untuk tim junior.

Setelah beristirahat selama kurang lebih 30 menit, teman-teman Permias kembali mempersiapkan diri untuk permainan kedua, yaitu bentengan. Dalam permainan ini
kembali Permias dibagi menjadi dua tim. Tim A terdiri atas Nelly, Il, Ita, Maru, Gugun, Citro, Amanda, Chozin, danValhan. Adapun tim B terdiri atas Mbak Tiwi, Anton, Brian, Tsuy, Farid, Kenny, Citra, Eka, dan Sandra. Setelah saling kejar dan adu strategi, akhirnya tim A harus mengakui ketangguhan tim B. Skor 3-2 untuk tim B.

Setelah cukup beristirahat, acara permainan ini ditutup dengan foto bersama yang dikomandoi oleh Mas Adrian.


II. Makan-makan


Setelah berkeringat dan berlelah-lelah dalam permainan, akhirnya One Day With Permias OU Senior 2008 memasuki rangkaian acara yang kedua, yaitu makan-makan.
Seluruh anggota Permias bergerak dari College Green menuju River Park. Tim masak yang terdiri atas Mbak Lina, Irfan, dan Mbak Mila akhirnya datang menyelamatkan perut-perut yang sudah berbunyi. Dan seluruh anggota Permias pun langsung menyerbu hidangan yang lezat tersebut. Dalam acara ini hadir juga beberapa teman dari negara lain seperti Phang, Ryoko, dan Animesh tampak sangat menikmati hidangan tersebut.

III.
Award


Acara ketiga yang juga merupakan acara puncak dalam One Day with Permias OU Senior 2008 adalah penyerahan award kepada para senior. Acara pertama adalah
kesan dan pesan dari para senior selama belajar dan tinggal di Athens. Setelah semua senior memberikan kesan dan pesan mereka, acara masuk pada pemutaran video hasil kreasi Nelly dan Ita. Video tersebut merupakan kumpulan foto-foto teman-teman senior Permias selama mereka belajar dan beraktivitas selama di Ohio University. Tampak berbagai macam gaya dan tingkah laku teman-teman senior Permias terekam dalam video tersebut.

Kemudian, acara berlanjut pada pembacaan testimonial teman-teman Permias kepada teman-teman senior Permias. Testimonial dalm bentuk Power Point ini dibuat
oleh Nelly dan Valhan. Berbagai komentar dari teman-teman Permias dibacakan Nelly, ada yang serius, lucu dan membingungkan (bagi sebagian orang :)).

Selanjutnya, adalah pemberian sertifikat oleh Ibu Presiden, Arin. Sertifikat ini merupakan sebuah bentuk penghargaan Permias kepada senior-seniornya yang
telah banyak memberikan bantuan dan kontribusi selama mereka berada di Ohio University. Akhirnya, setelah semua teman--teman senior Permias telah menerima sertifikat, tibalah saatnya untuk memberikan award kepada teman-teman senior Permias. Award ini berdasarkan penilaian anggota Permias terhadap sifat dan tingkah laku temen-teman senior Permias. Adapun award yang diterima oleh teman-teman senior Permias adalah:
Farid: tergaring

Chozin: terpintar
Mas Adrian: tercanggih

Il: suka ter-senyum

Sandra: terkreatif
Uni: terlenong

Eka: termerdu

Maru: terimut


Akhirnya acara diakhiri dengan nyayian teman-teman senior Permias. Diawali oleh Eka dengan National Anthem-nya Amerika, kemudian Ahlul, Maru dan UNI
dengan lagu KKEB, Chozin dengan lagu cucakrowo-nya, Farid menyanyikan lagu Kisah Kasih di Sekolah, Sandra dengan Selamat Malam-nya Evie Tamala, Mas Soni dengan lagu syahdunya, Wini dengan lagu-lagu yang ceria, Animesh dengan lagu Indianya, Pak Yojo dengan lagu Kereta Api, Ibu Suri Lina dengan lagu Leaving on a Jet Plane, dan Il yang selalu setia mengiringi teman-teman bernyanyi dengan alunan gitarnya.

Acarapun berakhir menjelang pukul 12.00 tengah malam. Beberapa anggota Permias tampak bersedih karena mereka akan segera berpisah.

Selamat jalan kakak-kakakku, semoga kita dapat bertemu dan berkumpul kembali. Terima kasih atas persahabatan, ilmu dan nasehat yang telah diberkan. Teruslah
berkarya untuk Indonesia tercinta. Kami di sini akan selalu merindukan kalian.........