Tuesday, October 30, 2007

Pic of The Month: Ahlul dan Si Lutung Raksasa


Foto: Ahlul, salah satu siswa SMA 5 Makassar yang sedang mengikuti program pertukaran pelajar di AS membantu mengangkat boneka raksasa kesangan salah satu anak Pak Yojo (Foto diambil oleh Adrian Budiman).

Athens, October 30, 2007
…“kepada para awak "Permias Moving Committee" yang telah merelakan "jiwa raganya" (bahkan bersedia dimasukkan ke dalam U-Haul seperti imigran gelap selundupan) membantu kepindahan saya ke tempat yang baru (not in particular order): mas Adrian, mas Farid, mas Chozin, bang Anton, uda Sandra, bang Dana, kang Gugun, mas Brian, mbak Efka, dik Ahlul (siapa lagi ya?...oh ya mbak Karmila yang datang to cheer us up)...tanpa mereka kepindahan saya ke tempat baru itu mungkin suatu "hil yang mustahal" (I could not have done it without you, brothers and sisters)...semoga Allah SWT membalas kebaikan ringan tangannya dengan pahala yang berlipat ganda kini di sini, maupun di akhir nanti….” Demikian bunyi petikan sebuah surat terbuka yang disampaikan oleh Pak Yojo di milis Indonesia-ou, sebuah mailing list yang anggotanya terdiri dari para alumni dan mahasiswa Indonesian di Ohio University.

Pak Yojo (sesepuh warga Indonesia di Athens) dan keluargnya, hari Minggu, 28 October 2007, resmi pindah ke rumah yang baru berlokasi di 15 Stewart street, Athens. Lokasi tempat tinggal baru Pak Yojo tersebut merupakan satu kompleks dengan Islamic Center disekitar kampus Ohio University.

Sunday, October 28, 2007

Lebaran ala Ibu Collins di Athens, Ohio

Dilaporkan Oleh Tsuroyya AMZ

Athens, October 28, 2007

Banyak yang menyangka bahwa perayaan lebaran di negeri orang akan sangat berbeda dan sepi dibandingkan dengan lebaran di tanah kelahiran sendiri. Begitu juga sekumpulan mahasiswa Athens yang berbondong datang kemari hanya demi sebuah kata “studi” dan terpaksa harus melewatkan acara mudik dan lebaran di kampung. Namun, tak disangka masih ada juga beberapa orang “bule” (penduduk pribumi Amerika) yang sudi meluangkan waktunya dan menyambut dengan tangan terbuka berbagi dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri 1428 H di Athens.

Perayaan lebaran di rumah Ibu Collins terlaksana atas undangan beliau sebagai pengobat kangen teman-teman dari Indonesia dengan aneka hidangan lezat serta kehadiran para undangan. Perayaan ini dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2007, berupa ”dinner” sekitar pukul 04.00 sore. Sebagian besar mahasiswa Indonesia hadir dalam acara ini termasuk beberapa keluarga Indonesia yang sudah lama menetap di Athens, Bpk. Yojo sekelurga serta Mas Adrian sekeluarga. Temen-temen yang dari Indonesia sepakat patungan dan menyumbang ”mpek-mpek” (masakan asli Palembang) yang kebetulan dipesan lewat koki asli Palembang, Ibu Mardiana Fauzi. Yang paling menarik adalah beberapa orang bule juga hadir di acara ini sepeti Ibu Joanney dan Bapak Ammarell. Tak mau kalah dengan mahasiswa Indonesia, Joanney sengaja membuat chocolate brwonies dan cooked shrimp. Rasanyapun juga sama istimewanya dengan mpek-mpek ala Ibu Mardiana, bihun ala Mbak Tiwi, Kare India ala Ibu Collins, Pak Yojo (masak apa ya mas? Aku lupa).

Selama acara, terdapat beberapa kumpulan orang yang ngobrol sesuai dengan minat mereka. Ada yang sibuk memotret (sedikit narcis), ada yang heboh melawak (lumayan buat hiburan), ada juga yang serius ngobrolin masalah studi dengan Ibu Collins, Joanney ataupun Bapak Amarel. Lumayan ramai pokoknya. Hampir semua bisa terhibur dan terobati rasa kangennya dan sedikit bisa melupakan rasa sedih mungkin. Sayang, selama acara tidak ada ”sedikit sambutan” dari tuan rumah maupun wakil dari teman-teman di Indonesia. Mungkin karena acara ini cenderung informal ”potluck”, jadi acara sambutan-sambutan sengaja dihilangkan. Just call it ” lebaran ala Amerika” berbeda memang, tapi merasa diterima oleh warga pribumi di negeri Paman Syam jauh lebih berati.

Saturday, October 27, 2007

FEATURED STUDENT: An Interview with Sandra Nahdar

SandraOctober 2007
by Laura Newman

Having worked for years as a journalist based in Jakarta, Indonesia, second–year student Sandra Nahdar saw his enrollment in OU’s Communication and Development Studies Program as a natural extension of his previous experiences. Sandra likes to communicate with people and learn from others, but has observed that people in Indonesia rely on methods of communication that he feels are “authoritarian,” “bureaucratic,” and difficult for people to understand. Says Sandra, “Communication is the core of life, so I thought ‘Why don’t I use my communication skills to help people?’” Sandra first worked in public radio in Padang, hosting an English’ language program called “The English Patient” which focused primarily on local social issues ranging from flooding to teen pregnancy. This experience was particularly meaningful for Sandra, as it provided a forum in which locals could voice their opinions on important issues while practicing their English. After working in public radio, Sandra became an assistant correspondent for an Australian newspaper based in Jakarta, where he worked until he decided he wanted to go to graduate school.

Choosing the CommDev program was not a difficult decision for Sandra, as he felt it was the ideal program to help him to learn how to use communication as a tool for social change. “It’s an amazing program,” he says, “because you get two fish at the same time – you learn about communication, while learning about development and the people at the same time. What other program offers this kind of opportunity?” It is here at OU that Sandra first began to explore his culture through an academic lens. He is currently researching what he refers to as “Dakwah–tainment,” the use of Islamic sermons and other forms of religious communication to promote pro–social messages. Sandra spent his summer interviewing Muslim leaders throughout Western Sumatra, Sandra found that Islam is now being taught not just to inspire someone to live religiously, but also socially or, as Sandra puts it, with a focus on both the here and the hereafter. He also already presented his preliminary findings at several conferences, including the 2006 Global Fusions Conference in Chicago.

Sandra has also helped enrich the diversity of the OU campus through his involvement in Indonesian cultural events. As the vice–president of Permias, the Indonesian Students Association, he has organized an Indonesian movie festival, a badminton competition, and traditional Indonesian dinners. OU’s Saman Dance Troupe, which performs the traditional “dance of a thousand hands,” is also one of Sandra’s creations and he has logged tens of hours rehearsing complex dances with the group and performing around Athens at the International Students Street Fair and the Spring Into Southeast Asia Festival, to name a few. And let’s not forget Sandra’s perhaps most colorful achievement; being crowned “Miss Relay for Life” at an Relay for Life Drag Queen contest in Athens intended to raise funds for cancer patients! (Sandra entered the contest with Team Semangat - semangat means "spirit" - which joined Relay for Life that Year.) In his spare time, Sandra serves as the informal photographer for the CommDev department and has taken over 8,000 photos since he arrived in Athens. After graduating, Sandra hopes work on strategic communication planning for a community–based organization in Western Sumatra.

Source:
http://www.ohio.edu/commdev/Featured-Student.cfm

Tuesday, October 23, 2007

International dinner brings diversity to university

Published Monday, October 22, 2007. Nikki Naab-Levy / For The Post / nn104104@ohiou.edu
View larger photo.Sam Saccone / For the Post / ss324006@ohiou.edu
Kiko Tanaka and Muhammad Chozin take tickets during the International Dinner at Baker Ball Room Friday night.

Fried plantains and spring rolls were served alongside Skyline chili and cheesecake at this year’s International Student Union International Dinner.

This past Friday, 23 student organizations came together with the International Student Union to serve traditional food to Athens residents and Ohio University students and faculty.

Hundreds of guests eagerly awaited food in the Baker Ballroom as OU President Roderick McDavis made the opening speech for the international dinner.

“As we look across the room this evening, the world is present,” McDavis said.

Because the dinner was in the new student center, ISU was able to accommodate more people than last year, said Eason Yang, ISU communication director. Last year’s attendance was 250 people. This year all 400 tickets were sold.

For the first time, ISU had to follow the OU catering policy, said ISU vice president Jee Hsing. In past years, dishes could be prepared in student homes, but this year a kitchen space had to be reserved and the menus pre-approved. All of the food was cooked the day of the event in Jefferson Hall, said Kiko Tanaka, secretary of ISU.

The change resulted in the food being delivered late to the ballroom. However, most of the guests didn’t seem to mind the delay.

“It took a little time to get going, but the food was good,” said Wendy Fontaine, an Athens resident and OU alum.

Overall many of the participants said the dinner was about far more than food.

Events like the international dinner bring cultural diversity to Athens. It helps the community think globally instead of just locally, said ISU President Reuben Dlamini.

source: http://www.thepost.ohiou.edu/Articles/Culture/2007/10/22/21842/

Foto-foto kegiatan:

http://www.flickr.com/photos/tags/internationaldinner/

Tuesday, October 16, 2007

Partisipasi Permias dalam Homecoming

Dilaporkan oleh: Dyah Ariningtyas

Pada hari sabtu kemarin, tepatnya pada tanggal 13 Oktober 2007, diadakanlah acara yang selalu dinanti-nantikan oleh semua warga Athens setiap tahunnya, termasuk teman-teman permias, yaitu Homecoming Parade 2007. Parade yang diikuti oleh berbagai macam komunitas serta seluruh lapisan masyarakat dan warga Athens ini dimulai pada pukul 9.00 pagi ini berawal dari Dr. Wallice, melewati Court street dan berakhir di depan Alden Library.

Salah satu penampilan yang paling ditunggu-tunggu adalah marching band dari Ohio University yang diikuti oleh marching band dari alumni Ohio University yang tidak kalah lincahnya sambil memainkan lagu kebangsaan mereka, yaitu long train running. Tidak lupa sebagai warga Athens yang baik kita juga turut berpartisipasi dalam parade ini dengan menyumbangkan perwakilan dari Permias (Fitria K. dan Arin) yang turut berjalan bersama dengan teman2 dari ISU sambil membawa bendera mewakili lebih dari 50 negara di dunia.

Selain itu, terdapat juga kelompok yang melakukan promosi, baik dari toko swalayan (kroger) yang membawa kereta dorongnya sampai dengan partai politik yang mempunyai atraksi pertunjukan yang menarik sambil membagi-bagikan merchandise dan permen kepada penonton. Semua menyambut parade ini dengan penuh antusias.

Karena bertepatan dengan hari Raya Idul Fitri, para warga permias yang merayakanmelakukan sholat Ied terlebih dahulu baru dan baru menyusul kemudian menujujalan utama parade tersebut diadakan. Baju muslim yang khusus dikenakan untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri tidaklah menjadikan penghalang bagi para warga permias untuk tetap turut merasakan kemeriahan suasana parade homecoming 2007. Kemeriahan tersebut ditutup dengan kemenangan tim football Bobcats vs Eastern Michigan.

Saturday, October 13, 2007

Foto-foto Lebaran 2007

Ini beberapa foto suasana perayaan Hari Raya Idul Fitri 2007 di Athens yang dipusatkan di Islamic Center. Keterangan foto (dari atas ke bawah): (1) Ustadz Yojo, salah satu sesepuh warga Indonesia di Athens sedang menghibur Ahlul, student exchange dari Makassar, yang harus berlebaran jauh dari keluarga. (2) Gugun, Ustadz Yojo, Ahlul, Il, dan Brian berpose setelah shalat ied dan bersalam-salaman. (3) Mas Sony Karsono dan Gugun menikmati hidangan ala Afrika-Timur Tengah sehabis shalat Ied dan bersalam-salaman ditemani saudara-saudara dari jazirah Arab. (4) Keluarga besar Indonesia berpose di depan Islamic Center sehabis shalat Ied.



Lebaran di Negeri Orang

13 Oktober, 2007
Merayakan lebaran jauh dari negeri orang dan jauh dari keluarga tentunya akan menggoreskan kenangan tersendiri bagi para pelakunya. Hal itulah yang dialami oleh para mahasiswa Indonesia di Ohio University, mereka merayakan lebaran di Islamic Center of Athens bersama para muslim yang lain yang rata-rata juga pendatang.

Hari ini, Sabtu 13 Oktober 2007, sholat Iedul fitri dilaksanakan mulai pukul 8.20 pagi dengan dihadiri oleh sekitar 70 orang.
Sebagaimana di Indonesia pada umumnya, selesai sholat diadakan acara makan pagi bersama. Para jama'ah yang datng dengan membawa makanan masing-masing nampak sekali menikmati suasana Iedul Fitri kali ini, meskipun tanpa diiringi suara takbir dan bunyi petasan sebagaimana di Indonesia. Di luar gedung Islamic Center tak ada sama sekali tanda-tanda perayaan hari raya terbesar bagi umat Islam itu.

Selesai sholat di IC, seperti biasanya, para warga Indonesia yang di Athens berkumpul di rumah Pak Yojo sebagai sesepuhnya keluarga Indonesia di Athens. Acara kumpul-kumpul ini cukup meriah karena di ramaikan dengan banyaknya mahasiswa baru yang pintar menyayi sambil makan ketupan. Ya,...ketupatlah yang bisa mengobati kerinduan keopada tanah air dalam suasan lebaran ini. chz

Link to other photos:

http://www.flickr.com/photos/sandranahdar/sets/72157602425 958733/

Monday, October 08, 2007

Indonesian Movie Festival di Ohio University

Reported by Muhammad Ahlul Amri Buana

Senin, 8 Oktober 2007
Selama 2 hari kem
arin (tanggal 6 hingga 7 Oktober 2007) Permias Athens menyenggelarakan sebuah even tahunan berupa pemutaran film-film Indonesia. Tujuan diadakannya even tahunan ini adalah untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada khalayak luas di Ohio University. Indonesian Movie Festival -atau biasa disebut IMF– setiap tahunnya menampilkan film-film terbaru Tanah Air yang dianggap memiliki nilai tersendiri dan mampu mewakili sekelumit dari wajah kehidupan Indonesia.

Tahun ini yang kebagian “jatah” menjadi koordinator acara adalah Sandra Nahdar. Bertempat di Scripps Hall, Ohio University, audiens yang hadir tidak hanya dari kalangan mahasiswa Indonesia saja, melainkan meliputi pula mahasiswa-mahasiswa asing, penduduk local Athens, serta beberapa aktifis yang tergerak untuk mengetahui seperti apa Indonesia melalui perspektif yang dibawakan oleh setiap film.

Pemutaran film dimulai pada pukul 02.00 pm – 06.00 pm. Acara dibuka oleh Adila Prasodjo, Eka Dwipayana, serta Mila Karmila selaku MC. Yang bertindak sebagai sebagai operator adalah Brian Arieska serta Gugun Gunawan, newcomers dalam komunitas Permias Athens. Setiap harinya dua film ditampilkan, diselilingi oleh penyajian snack berupa spring roll asli buatan Ibu Mardiana dan break sekitar 15 menit. Pada hari pertama, IMF dibuka oleh pemutaran film ‘Detik Terakhir’, film yang berhasil membawa Cornelia Agatha sebagai The Best Actress di ajang Bali International Film Festival tahun lalu. Disusul oleh penampilan duet dari aktor kawakan Dedy Mizwar dan si serba-bisa Tora Sudiro dalam film ‘Nagabonar’. Pada hari kedua, ‘Jomblo’ berhasil mengundang tawa penonton, dan ‘Denias’ mengundang rasa haru serta kekaguman akan alam dan budaya Indonesia yang amat kaya.

Selama dua hari tersebut penonton tidak hanya disuguhi hiburan melalui film maupun snack gratis saja, melainkan terdapat pula doorprize bagi tiap komentar yang telah dipilih. Dua buah doorprize yang telah disiapkan oleh panitia (Fitria Kurniasih dan Nelly Martin) dibagikan pada setiap akhir pemutaran film. Berikut ini adalah beberapa komentar dari penonton (yang rata-rata merupakan mahasiswa asing) terhadap IMF. (Louie)


“This film was very interesting especially since I could understand young people’s concept on sexuality / love and religious influence on the matter. Thanks for the movie!”

Seung-won Song ss301401@ohio.edu (comment about ‘Jomblo’)

“Something were hard for me to understand because Indonesian humor is different and culture is different, but I liked the film and I would watch another Indonesian film –especially if I wanted to laugh – very funny.”

Rebekah Daro (comment about ‘Nagabonar’)


“The films is ok, but depressing. Which it’s supposed to be...”

Dom (comment about ‘Detik Terakhir’)


‘Denias was quite interesting and speaks inequality to the issues of discrimination, poverty and marginalization and to the fact that we should never give up. It also speaks to race relations. It was wonderful.’

Nneka woman2002ng@yahoo.com (comment about ‘Denias’)

Inspiring! To face the world of education for an individual with disadvantanges requires collaborative efforts. In undeveloped area. The communication and cultural understanding of that area is necessary for the locally educational development. Also, education for ethnic minorities should be individualized. Their culture should respected and preserve.”

Yuan Beri (comment about ‘Denias’)


“Jomblo is a great movie that really allows you to understand that young people all over the world have very similar relationship problems. The main characters were very funny and I really enjoyed the film.”

Christina Lees cl116807@ohio.edu (comment about ‘Jomblo’)


“Everything was great! Nice snacks and very funny movie! One suggestion; show them more often with better publicity.”

K. S. T. (comment about ‘Nagabonar’)


Sunday, October 07, 2007

Ramadhan di Athens, Ohio

Minggu, 5 Oktober '07

Sebagian orang barangkali beranggapan melakukan ibadah puasa di negeri non-muslim seperti AS akan sangat berat. Selain tidak adanya dukungan dari lingkungan sekitar sebagaimana di Indonesia, tugas-tugas kuliah yang lebih berat dari pada waktu kulaih di Indonesia barangkali menjadi alasan untuk tidak bersemangat puasa.

Akan tetapi kondisi sebagaimana yang disebutkan di atas tidak semuanya benar. Meskipun rata-rata masyarakat di kampus tidak puasa, akan tetapi bagi mahasiswa , ada komunitas muslim Athens, Ohio yang akan selalu saling mendukung dalam menjalankan ibadah puasa. Komunitas muslim di Athens punya markas bernama Islamic Center of Athens yang selain menjadi tempat komunitas, juga menjadi satu-satunya masjid di Athens county.

Beberapa aktivitas khusus yang diselenggarakan oleh Islamic Center selama bulan ramadhan ini adalah: Buka bersama, tarawih, kultum, dan tahajjud bersama, dan sahur bersama. Buka bersama selalu menjadi acara yang paling meriah karena diikuti bukan hanya oleh umat muslim saja, akan tetapi juga non-muslim. Umat dari keyakinan lain sering datang untuk sekedar merasakan suasana ramadhan dan bekenalan dengan bidaya Islam.

Sementara kegiatan tarawih lebih sedikit pesertanya dikarenakan rata-rata mahasiswa lebih suka melaksanakannya di rumah masing-masing. Meski hanya menggunakan delapan rokaat, akan tetapi tarawih di Islamic Center lebih lama dari pada tarawih di Indonesia pada umumnya dikarenakan bacaan suratnya panjang-panjang. Dalam bacaan suratnya, imam tidak membaca hafalan surat-surat pendek, akan tetapi membaca alquran secara langsung. Setelah selesai membaca fatihah, imam akan mengambil quran yang sengaja di taruh di sampingnya untuk di baca. Selain bacaan surat, faktor yang memperpanjang sholat tarawih di Islamic Center adalah bacaan qunutnya. Di tiap rokaat terakhir sholat witir, imam membaca qunut dan doa-doa lainya yang cukup panjang.

Yang menarik, di hari-hari sepuluh terakhir bulan ramadhan, Islamic Center juga menyelenggarakan sholat tahajjud berjamaah. Acara tahajjud berjamaah ini dimuali sekitar pukul 4 pagi dan memakan waktu sampai 1,5 jam, sampai menjelang imsak (di Athens, waktu subuh sekitar jam 6.15). Sebagai penutup acara ini adalah makan sahur bersama di masjid dan kemudian dilanjutkan dengan sholat shubuh berjamaah.

Tinggal di negeri non-muslim bukan berarti mengurangi semangat dalam mengurai makna spiritual serta hikmah ramadhan al-mubarak. chz

Friday, October 05, 2007

Candelight Vigil for Burmese

Athens, Kamis, October 4, 2007
Sebagai simpati atas jatuhnya korban jiwa dalam kekerasan negara terhadap para pendeta Buddha di Burma, beberapa mahasiswa Ohio University (OU) yang dikoordinasi oleh Internationa Student Union (ISU) menyelenggarakan acara Candelight Vigil for Burmese.

Acara yang diselenggarakan di pelataran halaman OU itu mengundang banyak simpati mahasiswa. Dengan memakai baju merah sebagai simbol para biarawan Buddha, para mahasiswa masing-masing memgang lilin dan membentuk lingkaran. Acara di mulai pukul 9 malam waktu setempat dengan pengantar kata pembuka oleh Lauri Hlavacs, mahasiswa jurusan Studi Asia Tenggara.

Dalam sambutanya, Lauri, yang juga bisa berbahasa Indonesia itu menyampaikan bahwa kekerasan di Burma adalah sebuah bentuk dari sebuah kekerasan negara militer atas rakyatnya. "Bagaimana mungkin para tentara itu memukuli para pendeta buddha yang anti kekerasan itu", imbuhnya. Oleh karena itu, dia mengajak para mahasiswa di OU untuk menunjukkan solidaritasnya dengan menyalaan lilin selama satu jam.

Acara kemudian dilanjutkan dengan orasi oleh peserta lainnya mengenai komentar dan simpati mereka atas kasus kekerasana yang diderita oleh rakyat Burma selama ini. Acara di tutup dengan menghenngkan cipta selama dua menit. chz

link ke foto-foto acara:

http://www.flickr. com/photos/ sandranahdar/ sets/72157602274 756980/

Banyak Jalan Menuju Ohio Uiversity

Dulu, bahkan hingga lulus kuliah dari UIN Jakarta, aku sering menganggap kalau keinginan sekolah ke luar negeri hanya mimpi di siang bolong alias mustahil. Bagaimana tidak? Lha, aku cuma orang kampung, cah ndeso katro (Tukul, 2006), yang ngerasa sudah sangat beruntung bisa menyelesaikan kuliah, meski cuma di UIN alias IAIN (anak IAIN jangan kesinggung yah). Sebagai orang kampung, lulusan IAIN lagi, kayaknya susah untuk bisa dapat TOEFL 550, padahal banyak orang itu syarat utama sekolah di luar negeri. Tapi, meski merasa itu keinginan mustahil, aku selalu menyimpan mimpi itu. Dan akhirnya, jadi kenyataan juga. Aku merasa ini pelajaran sangat berharga, bahwa keinginan adalah modal paling penting untuk bisa kuliah di luar negeri. Keinginan yang mengawali langkah orang kampung bisa sampai di Ohio University (OU).
Setelah keinginan itu terus dipupuk, suatu saat aku dapat informasi berharga tentang program beasiswa yang memungkinkan orang kampung, yang cuma tahu “silent please doing”, bisa juga sekolah ke luar negeri. Soalnya kalau dapat beasiswa ini, kita bakal dikursusin bahasa Inggris dulu selama 6 bulan. Mmmm sounds really good. Itulah beasiswa IFP Ford yang di Indonesia dikelola oleh IIEF. Ini websitenya
www.iief.or.id/ifp. Dengan modal nekat plus keinginan yang gak pernah padam khas pejuang kampung, Alhamdulillah, akhirnya aku berhasil dapat beasiswa ini. Dan setelah 6 bulan digenjot di PPB UI biar bisa bahasa Inggris agak mendingan, akhirnya sampai juga ke tanah Athens, di kampus OU. Dan, aku datang gak sendirian, tapi sama Chozin, Sandra dan Il, semuanya orang kampung lho.
Lain lagi cerita Maru sama Nelly. Mereka bisa kuliah di OU, dua-duanya di Lingustics, dengan cara ngajar Bahasa Indonesia (tentu bahasa Indonesia yang baik dan benar). Dalam hal ini, mereka dapat beasiswa dari Ohio University langsung. Mereka dapat tuition waver (gratis kuliah) terus dapat stipend (gaji) sebagai refleksi keringat yang bercucuran karena ngajarin Bahasa Indonesia. Khusus buat Maru, kampus tempat dia ngajar di Bandung, Universitas Maranatha, kebetulan kerjasama dengan OU. Nah yang perlu diketahui, banyak kampus di Amerika, salah satunya OU, yang nyedian beasiswa seperti itu: mahasiswa harus kerja, apa aja, ada yang jadi asisten peneliti, instruktur bahasa, pegawai perpustakaan, dll. Imbalannya, mereka gratis sekolah dan dapat gaji. Gampang kan? Beasiswa seperti ini emang menuntut kita lebih aktif ngontak profesor dan tentu ngontaknya harus meyakinkan. Profesor-profesor di sini asyik-asyik kok, mereka sangat helpful, gak sok profesor, gak sok sibuk juga. Cara nyari profesor? Rajin-rajin buka website universitas, terus jelajahi semua bagian, terutama bagian akademik, di situ tersedia semua informasi tentang faculty member, direktori para profesor itu. Mau nyoba, klik
http://www.ohio.edu/departments/depts.cfm.
Cara lain, meski agak susah, soalnya cara ini nuntut kemampuan lebih, khususnya kemampuan bahasa Inggris yang sudah OK, yaitu ikut nyoba daftar program Fulbright. Sekarang ini, kita punya tiga fulbrighters, yaitu Unie, Eka, dan Karmila. Beaiswa ini sangat populer. Jadi, pasti udah pada tahu dong yah? Tinggal nyoba nyoba dan nyoba yah. Tapi kalau masih belum tahu, bisa mulai cari tahu lewat website Aminef:
http://www.aminef.or.id/noflash/home.htm.
Oh iya, coba juga cari tahu dan cari informasi di departemen-departemen. Hasil klompencapir dengan oetoesan dari Departemen Pendidikan beberapa waktu lalu, pemerintah Indonesia, lewat berbagai departemen, banyak menyediakan beasiswa untuk sekolah ke luar negeri. Kebetulan, Fall 2007 ini, kampus OU dan Permias OU banyak kedatangan teman-teman baru yang dapat beasiswa dari program yang disediakan departemen itu. Ada Arin, Ita, EFKA, Dana, Brian, Gugun, Tsui, Niken, Tiwi, sama Citra yang dapat BEASISWA UNGGULAN. KUncinya, jangan malu-malu untuk cari informasi seperti ini. Catatannya, beasiswa yang disediakan departemen biasanya dikhususkan buat para pegawai negeri atau pegawai non negeri yang punya afiliasi ke departemen tersebut. Tapi untuk pastinya, bisa cari tahu langsung. Bisa mulai browsing lewat website departemen-departemen terkait, seperti Deplu, Depdiknas, Depag (ini buat yang mau ke Arab, bukan ke OU hii), dll.
Terakhir, tentu lewat biaya sendiri. Ini buat yang mampu. Tapi jangan khawatir, pendidikan adalah investasi. Bayar hari ini, dibayar kemudian. Betul kan?
Begitualh, banyak cara menuju Athens, banyak jalan menuju kampus OU. Selamat mencoba....

Wednesday, October 03, 2007

Demo Anti Komersialisasi Pendidikan-pun Ada di AS

Kita tentu sangat jarang sekali mendengar adanya berita mengenai demonstrasi mahasiswa di AS. Mungkin karena demo tersebut tidak menarik media untuk meliputnya, atau memang medianya sendiri yang tidak mau meliput.

Tapi, siapa bilang di AS mahasiswa tidak bisa demonstrasi? Buktinya beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Jum'at (28/09/07) ada sebuah demonstrasi yang lumayan besar di kampusku, Ohio University.

Menariknya, demontrasi tersebut juga mengusung isu yang hampir sama dengan isu yang sekarang hangat di kampus-kampus di Indonesia, yaitu BHP.

Sekitar limapuluhan demonstran yang terdiri dari para mahasiswa dan sejumlah karyawan di Ohio University itu menentang pihak Universitas yang menerapkan model manajemen seperti perusahaan (profit oriented).

Sepanjang longmarch dari pintu masuk universitas menuju kantor president universitas (kantor rektorat), Mereka meneriakkan yel-yel "Student sold for profit,....! we are not be robbed by corporations. Its Bullshit...!!!" (Ingat..! Mahasiswa telah dijual....! Tentu kami tak rela dirampok oleh para pengusaha. Itu bullshit...!).

Selain mengusung isu utama berupa penolakan terhadap model manajemen 'korporasi' kampus, demonstrasi yang di inisiasi oleh Student for a Democratics Society (SDS) itu juga menolak pemecatan yang dilakukan oleh pihak kampus terhadap 24 karyawan lama bulan lalu dan maraknya kembali isu rasial terhadap warga bukan kulit putih.

SDS adalah sebuah organisasi mahasiswa antar kampus yang selalu kritis terhadap kapitalisme dan anti-Bush Administration. Jika ingin korespondensi dengan salah satu aktivisnya bisa via email: wk938905@ohio.edu (Will Klatt).

Source: http://www.hminews.com/index.php?action=news.detail&id_news=739

Monday, October 01, 2007

Wajah Baru Permias (2)


Nah, ini formasi lebih lengkap wajah baru Permias OU. Ada mbak Endah, asisten Atase Pendidikan Kedubes RI di DC, Brian, Dana, eFKa, Tsuroya, dan Citra (muda-muda kan?) yang lagi ngobrol santai habis dinner di Lui Lui sama rombongan dari Depdiknas (mbak Endah lagi ngasih ceramah apa tuh?)

Berita Foto


Wajah-wajah Baru Permias OU (1)
In this photo (left-right): Gugun, Ahlul, Adila, Arin and Karmila

Buka Bersama Ala PERMIAS

Minggu (30/9/07), bertempat di kompleks Islamic Center of Athens, Permias mengadakan acara buka bersama yang diikuti oleh seluruh warga PERMIAS dan juga non-PERMIAS. Sekitar 30 mahasiswa hadir dalam acara tersebut yang terdiri dari para mahasiswa Jepang, Malaysia, Timor-timur, Korea Selatan, China, dan tentunya Indonesia.

Acara yang menjadi tradisi khas ramadhan di Indonesia ini masih terpelihara meskipun mereka tinggal di Amerika. Seperti halnya di Indonesia, acara ini lebih bernilai kultural dari pada sekedar ritual keagamaan. Oleh karena itu, baik muslim maupun non-muslim juga hadir dalama acara ini. Suguhan sate khas buatan bu Mardiana (warga Indonesia asal Palembang yang sudha puluhan tahun tinggal di Athens) menjadi menu utamanya. Chozin dan Anton, sebagai penghuni Islamic Center manjdi host acara malam itu.

link to other pictures: http://www.flickr. com/photos/ sandranahdar/ sets/72157602377 797117/